Tajuddin, Fajri Nur
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Veiling as Cultural Sovereignty: A Performative and Mediated Study of Rimpu in Eastern Indonesia Hamzah, Saidin; Tajuddin, Fajri Nur; Yani, Ahmad; Khaerunnisa, Andi
KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial Keagamaan Vol 18 No 1 (2025): Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : LPPM IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/kur.v18i1.12250

Abstract

Penelitian bertujuan untuk memahami Rimpu sebagai simbol budaya tradisional Bima, yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat. Tradisi ini dipertahankan melalui pawai budaya dan kegiatan pelestarian lainnya di era modern. Fokus penelitian ini meliputi, Simbolisme Rimpu dalam budaya Bima, nilai sosial, moral, dan identitas. Peran pawai dan festival budaya dalam menjaga Rimpu seb This study investigates Rimpu, the traditional veiled dress of Bimanese Muslim women in Eastern Indonesia, as a performative expression of piety, identity, and resistance within the interplay of Islamic values, local customs, and contemporary socio-cultural transformations. Employing a qualitative ethnographic design, the research was conducted in Bima Regency, West Nusa Tenggara, through participant observation, in-depth interviews, and visual documentation. The study finds that Rimpu functions not only as a cultural-religious identity marker but also as a contested symbol shaped by generational reinterpretation, commodification in tourism and media, and diminishing everyday use among youth. While older women perceive Rimpu as a spiritual embodiment of nuru (modesty) and maja (shame), younger women increasingly view it as ceremonial, aesthetic, or impractical for modern life. Theoretically, this research contributes to Islamic gender studies and symbolic anthropology by extending Judith Butler’s performativity and Talal Asad’s embodied piety into a localized Muslim context, offering a non-Arab, peripheral case that challenges dominant narratives in Muslim fashion discourse. Practically, the findings call for policy interventions and educational models that move beyond folklorization and instead support intergenerational cultural transmission rooted in lived experience. The study’s limitations include its regional scope, with a focus on female voices in coastal and semi-urban areas, and limited analysis of Rimpu’s digital representation. Future research should explore visual ethnography, class-based variations, and comparative dress practices across Eastern Indonesia to deepen understanding of local Islamic expressions under global cultural pressure. agai warisan budaya lokal. Tantangan dan strategi adaptasi Rimpu di tengah modernisasi dan globalisasi, serta upaya masyarakat Bima untuk menjaga relevansi tradisi ini bagi generasi muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan metode sejarah, penelitian ini melibatkan masyarakat Suku Mbojo (Bima) sebagai informan. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara, dan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rimpu tidak hanya sebagai pakaian adat, tetapi juga simbol etika dan identitas perempuan Bima. Pawai budaya yang menampilkan Rimpu berfungsi untuk meningkatkan kebanggaan lokal dan memperkenalkan budaya Bima kepada generasi muda. Penelitian ini menekankan pentingnya pelestarian Rimpu dalam menghadapi arus globalisasi dan menyarankan promosi budaya lokal melalui media modern. Rimpu menjadi simbol kearifan lokal yang menghubungkan masyarakat Bima dengan akar budaya mereka, menegaskan norma-norma sosial, serta melestarikan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi.