Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONDISI DANA MBOJO (BIMA) PRA ISLAM DALAM TINJAUAN HISTORIS Saidin Hamzah; Ahmad M. Sewang; Syamzan Syukur
Jurnal Diskursus Islam Vol 5 No 1 (2017): April
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v5i1.7294

Abstract

Tulisan mengurai kondisi dana Mbojo (bima) pra Islam dalam tinjauan historis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan historis, antropologi dan sosiologi. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian juga menggunaka studi kepustakaan (library research) melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari BO’ Sangaji Kai, dokumen dan peninggalan lain yang otentik, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel, skripsi dan tesis. Adapun data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis secara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah Bima telah mengalami berbagai macam bentuk pemerintahan sebelum kehadiran Islam yang diantaranya adalah masa Naka, masa Ncuhi dan masa kerajaan. Pada kurun waktu yang begitu lama masyarakat diselimuti oleh kepercayaan Makakamba, Makakimbi dan agama Hindu. Pada masa Naka taraf kehidupan masyarakat masih primitif, berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dan senantiasa hidup berkelompok. Setelah posisi Naka diganti oleh Ncuhi taraf kehidupan terjadi banyak perubahan sampai berdirinya kerajaan Bima.  Daerah Bima dari dulu sampai sekarang memiliki dua nama yaitu Mbojo dan Bima. Sebutan untuk Mbojo sering dipergunakan ketika menyebutnya dalam bahasa lokal untuk masyarakat Bima itu sendiri. Sedangkan Bima merupakan nama bangsawan Jawa atau tokoh yang berasal dari luar yang mampu mendamaikan konflik internal Paran Ncuhi (kepala daerah) sehingga namanya diabadikan menjadi nama daera Bima. Dan dalam sejarahnya sebutan Mbojo itu merupakan panggilan Sang Bima untuk isterinya (Bojonya) kemudian diabadikan menjadi nama daerah Mbojo.
PERANAN SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI BIMA Saidin Hamzah
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 4 No 1 (2016): JUNI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v4i1.2600

Abstract

Muhammad Salahuddin lahir dalam lingkungan istana dan dibesarkan oleh para ulama. Dari didikan ulama inilah sehingga membentuk kepribadian sultan sampai tumbuh dewasa. Muhammad Salahuddin di nobatkan menjadi Sultan setelah kematian saudaranya Abdul Azis dan mendapatkan pelajaran dari ulama di daerah dan luar daerahnya sehingga pada masa kepemimpinanya Islam di Bima mengalami perkembangan.  dalam mengembangan Islam di Bima Sultan melakukan pembaharuan sehingga pada masanya Islam di Bima mengalami kejayaan. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh Sultan adalah membagun lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun  non formal, dan masjid-masjid. dalam menunjang kemajuan daerah Bima Sultan membiayai dan memberikan beasiswa kepada remaja yang sekolah di timur tengah dan bagi mereka yang memiliki kemampuan dalam bidang agama.
Kedatangan Islam di Dana Mbojo, Bima (TINJAUAN HISTORIS): Islam, Mbojo, Tinjauan Historis, Bima saidin hamzah
Al-Hikmah Journal for Religious Studies Vol 24 No 1 (2022): June
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-hikmah.v24i1.29228

Abstract

This study aims to reconstruct the history of the early entry of Islam in Dana Mbojo (Bima). The research uses historical methods. To reveal historical facts, the research was conducted at Dana Mbojo (Bima) West Nusa Tenggara using several approaches: historical, anthropological and sociological approaches. Data collection was obtained through interviews, observation and documentation. The study also used library research through primary and secondary data. Primary data was obtained from BO' Sangaji Kai, documents and other authentic relics, while secondary data was obtained from books, journals, articles, theses and theses. The data that has been obtained is processed and analyzed in depth. The results showed that: The early history of the entry of Islam in Dana Mbojo (Bima) occurred in three stages, namely: 1) The occurrence of the first contact with traders from Demak. 2) Overseas carried out by indigenous traders to Ternate and Tidore. 3) The arrival of empathetic envoys from the kingdom of Gowa to the port of Sape and Islamizing the local community. The role of scholars and sultans in building the existence of Islam in Bima so that there are great historical relics such as the historic Temba Romba, La Kai Mosque in Kamina and ancient langgar in Malay village. The implication of this research is that there are many shortcomings, due to the lack of data that the authors get. The book BO' Sangaji Kai only describes in general the history of Bima and uses Malay. To address this, the data obtained through lisah sources (oral history). Temba Romba and the Kamina mosque are historical evidences of the presence of Islam in Bima. Therefore, it is hoped that the government's role in maintaining and caring for historical sites is for the benefit of the general public. Because a large area is an area that respects its ancestral heritage.
Akulturasi Budaya Islam dan Tradisi Makkulliwa pada Masyarakat Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene Muh. Alwi; Hasnani Siri; Saidin Hamzah
CARITA: Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 1 No 1 (2022): CARITA: Jurnal Sejarah dan Budaya
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh akulturasi Islam dan budaya tradisi makkuliwa pada masyarakat Lombo‟na Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene, dan untuk mengetahui bentuk-bentuk tradisi makkuliwa pada masyarakat Lombo‟na Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene, serta untuk mengetahui proses tradisi makkuliwa pada masyarakat Lombo‟na Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dan dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Analisa induktif, artinya data yang diperoleh di lapangan secara khusus kemudian diuraikan dalam kata-kata yang penarikan kesimpulannya bersifat umum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Makkuliwa yang terjadi Proses-proses yang telah disepakati oleh masyarakat secara turun- temurun. Dalam prespektif budaya Islam bahwa ternyata dalam prosesi Makkuliwa itu ada Nilai Komunikatif dan Goto royong yang merupakan budaya islam yang juga merupakan apa yang ada dalam budaya lokal. Bahwa pelaksanaan Tradisi makkuliwa itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam karena semua proses dalam pelaksanaan itu tidak ada yang mengarah kepada kemusyrikan
Islamic Reconstruction in Spanish (Historical Study) Hamzah, Saidin
Al-Iftah: Journal of Islamic studies and society Vol 3 No 1 (2022): Al-Iftah: Journal of Islamic studies and society
Publisher : IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.911 KB) | DOI: 10.35905/aliftah.v3i1.3513

Abstract

This research aims to reconstruct the history of Islam in Spain, the main problem in this research is how Islam is in Spain. The sub-issues raised are 1) how was the process of the arrival of Islam in Spain? 2) How is the development and progress of Islamic civilization in Spain? 3) What factors led to the decline and destruction of Islam in Spain? The aims of the research are: 1) to examine and analyze the arrival of Islam in Spain, 2) to examine and analyze the development and progress of Islamic civilization in Spain, and 3) to reconstruct the factors causing the decline and destruction of Islam in Spain. Research using historical research methods includes Heuristics, source criticism, interpretation,and historiography. The results of the analysis in this study show that: 1) The origin of the arrival of Islam in Spain cannot be separated from the success of Tariq ibn Ziyad in defeating King Roderic, so this victory became the main capital for Tariq ibn Ziyad and his troops to conquer important cities in Spain. 2) Spain is the most important place for Europe in absorbing knowledge developed by Muslims, both in political, socia, and economic relations and civilization between countries. Europeans witnessed the fact that Spain was under Islamic rule far away from other countries in Europe, especially in the field of thought and science,and other physical structures. this area of ​​Spain flows various knowledge to advance and improve all its shortcomings and even achieve its glory until this century.
Khulafah Al- Rasyidun: Masa Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib Hamzah, Saidin; Hamriana
CARITA: Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 1 No 2 (2023): CARITA: Jurnal Sejarah dan Budaya
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aims of this research are 1) to examine and analyze the procession of appointing Ali bin Abi Talib; 2) Review and analyze the government system of Caliph Ali bin Abi Talib; 3) Reconstructing the political upheaval during the time of Ali bin Abi Talib. This study uses historical methods to reconstruct events with heuristics, source criticism, interpretation, and historiography as the last stage of research activities. The results of this study indicate that the Caliphate of Ali bin Abi Talib is a caliphate that intends to embody the messages of the Prophet that he obtained while with him. He contributed a lot and defended Islam from many enemies. Proficient in war strategy and having difficulty in controlling the state administration which is in a state of chaos. Confrontation from various parties (Khawarij, Thalha and Mu'awiyah) is evidence of the heartbreaking history of Islam because it is more driven by material motives than humanity and religion. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengkaji dan menganalisis prosesi pengangkatan Ali bin Abi Thalib; 2) Mengkaji dan mengalisis sistem pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib; 3) Merekontruksi pergolakan politik masa Ali bin Abi Thalib. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk merekonstruksi peristiwa dengan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi sebagai tahap terakhir dari kegiatan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kekhalifaan Ali bin Abi Thalib adalah kekhalifaan yang bermaksud mengejawantahkan pesan-pesan Rasulullah yang dia peroleh selama bersamanya. Ia banyak memberikan sumbangsi dan mempertahankan Islam dari banyak musuh. Mahir dalam strategi perang dan mengalami kesulitan dalam mengendalikan administrasi negara yang dalam keadaan caos. Konfrontasi dari berbagai pihak (Khawarij, Thalha dan Mu’awiyah) adalah bukti sejarah Islam yang memilukan karena lebih banyak tergerakkan oleh motif-motif material ketimbang kemanusiaan dan agama.
Metode Sejarah dalam Perspektif Ibnu Khaldun (Telaah Kitab Mukaddimah) Hamzah, Saidin; Nisa, Andi Khaerunin
CARITA: Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 2 No 1 (2023): CARITA : Jurnal Sejarah dan Budaya
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/carita.v2i1.5301

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelaah dan menjelaskan Metode Sejarah dalam Perspektif Ibnu Khaldun dalam kitab mukaddimah yang merupakan pendahuluan dari kitab al-Ibar. Untuk menguraikan hal itu masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana metode sejarah dalam perspektif ibnu Khaldun? Adapun sub masalah Pertama, Bagaimana biografi Ibnu Khaldun?. Yang kedua, Bagaimana pemikiran sejarah Ibnu Khaldun dan kara-karyannya?. Untuk menjawab permasalahan tersebut metode yang ditempuh adalah penelitian bersifat analytical history (Penelitian Sejarah) antara lain heuristik (pengumpulan data), kritik sumber (intern maupun ekstren), interpretasi (penafsiran) dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gerak sejarah dalam perspektif Ibnu Khaldun adalah siklus, manusia atau masyarakat mengalami tiga fase dalam kehidupan yaitu: lahir, berkembang, dan mati. Dalam dunia politik pemerintahan dikenal masa kebangkitan, keemasan dan akhirnya kehancuran. Jadi Gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah berpangkal pada kehendak Tuhan. Perubahan yang terjadi pada masyarakat karena kehendak Tuhan, meskipun secara alamiah manusia adalah berubah tetapi perubahan (gerak sejarah) terjadi karena qadar Tuhan.
KHILAFAH DAN KERAJAAN DALAM PERSPEKTIF ABU A’LA AL-MAUDUDI (ANALISIS KRITIS ATAS SEJARAH PEMERINTAHAN ISLAM) Hamzah, Saidin; Kurais
Al-Ittihad: Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam Vol 10 No 2 (2024): December
Publisher : Sekolah Tinggi Islam Syariah (STIS) Al-Ittihad Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61817/ittihad.v10i2.212

Abstract

Penelitian ini mengkaji Khilafah dan kerajaan dalam perspektif Abu A’la Al-Maududi (Analisis kritis atas sejarah pemerintahan Islam). Fokus kajian mencangkup Biografi, Konsep khilafah dan kerajaan, Perbedaan antara Khilafah dengan Pemerintahan dalam Sejarah Islam dan Relevansi pemikiran Abu A’la Al-Maududi tentang khilafah dan kerajaan dalam konteks modern. Tujuan penelitian menguraikan konsep pemerintahan Islam menurut Abu A’la Al-Maududi, gagasan yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam seorang pada abad ke-20. Peneliti ini mengunakan metode penelitian sejarah dengan empat tahapan, heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan pendekatan kajian literature dan pengumpulan data berupa buku-buku, jurnal, dokumentasi, maupun sumber-sumber data dan informasi relevan dengan kajian yang di bahas. Penelitian ini menemukan bahwa sistem pemerintahan Islam didasarkan pada prinsip tauhid (keesaan Allah) Tidak ada tuhan selain allah dan tugas utama para nabi dan rasul (risalah kenabian) adalah mengajarkan tauhid (the unity of godhead) kepada seluruh umat manusia. Maududi mengkritik sistem kerajaan dalam sejarah Islam, menurutnya sudah menyimpang dari idealisme Islam karena menggantikan khilafah dengan bentuk pemerintahan dinasti atau monarki absolut. kekuasaan dalam Islam harus mencerminkan nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah, dengan pemimpin yang tunduk pada hukum Tuhan dan bertanggung jawab kepada umat. Perbedaan antara konsep khilafah ideal dengan praktik monarki, serta menganalisis dampak transisi dari khilafah ke kerajaan dalam perkembangan politik Islam. Maududi menawarkan teo-demokrasi sebagai alternatif, yaitu sistem pemerintahan yang memadukan prinsip ketuhanan dengan partisipasi rakyat. untuk mengevaluasi relevansi teorinya dalam konteks pemerintahan modern dan masyarakat Islam saat ini.
Veiling as Cultural Sovereignty: A Performative and Mediated Study of Rimpu in Eastern Indonesia Hamzah, Saidin; Tajuddin, Fajri Nur; Yani, Ahmad; Khaerunnisa, Andi
KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial Keagamaan Vol 18 No 1 (2025): Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : LPPM IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/kur.v18i1.12250

Abstract

Penelitian bertujuan untuk memahami Rimpu sebagai simbol budaya tradisional Bima, yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat. Tradisi ini dipertahankan melalui pawai budaya dan kegiatan pelestarian lainnya di era modern. Fokus penelitian ini meliputi, Simbolisme Rimpu dalam budaya Bima, nilai sosial, moral, dan identitas. Peran pawai dan festival budaya dalam menjaga Rimpu seb This study investigates Rimpu, the traditional veiled dress of Bimanese Muslim women in Eastern Indonesia, as a performative expression of piety, identity, and resistance within the interplay of Islamic values, local customs, and contemporary socio-cultural transformations. Employing a qualitative ethnographic design, the research was conducted in Bima Regency, West Nusa Tenggara, through participant observation, in-depth interviews, and visual documentation. The study finds that Rimpu functions not only as a cultural-religious identity marker but also as a contested symbol shaped by generational reinterpretation, commodification in tourism and media, and diminishing everyday use among youth. While older women perceive Rimpu as a spiritual embodiment of nuru (modesty) and maja (shame), younger women increasingly view it as ceremonial, aesthetic, or impractical for modern life. Theoretically, this research contributes to Islamic gender studies and symbolic anthropology by extending Judith Butler’s performativity and Talal Asad’s embodied piety into a localized Muslim context, offering a non-Arab, peripheral case that challenges dominant narratives in Muslim fashion discourse. Practically, the findings call for policy interventions and educational models that move beyond folklorization and instead support intergenerational cultural transmission rooted in lived experience. The study’s limitations include its regional scope, with a focus on female voices in coastal and semi-urban areas, and limited analysis of Rimpu’s digital representation. Future research should explore visual ethnography, class-based variations, and comparative dress practices across Eastern Indonesia to deepen understanding of local Islamic expressions under global cultural pressure. agai warisan budaya lokal. Tantangan dan strategi adaptasi Rimpu di tengah modernisasi dan globalisasi, serta upaya masyarakat Bima untuk menjaga relevansi tradisi ini bagi generasi muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan metode sejarah, penelitian ini melibatkan masyarakat Suku Mbojo (Bima) sebagai informan. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara, dan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rimpu tidak hanya sebagai pakaian adat, tetapi juga simbol etika dan identitas perempuan Bima. Pawai budaya yang menampilkan Rimpu berfungsi untuk meningkatkan kebanggaan lokal dan memperkenalkan budaya Bima kepada generasi muda. Penelitian ini menekankan pentingnya pelestarian Rimpu dalam menghadapi arus globalisasi dan menyarankan promosi budaya lokal melalui media modern. Rimpu menjadi simbol kearifan lokal yang menghubungkan masyarakat Bima dengan akar budaya mereka, menegaskan norma-norma sosial, serta melestarikan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi.