Pendekatan pembelajaran hybrid dalam pendidikan Islam semakin relevan dalam menjawab tantangan pendidikan global. Studi ini mengeksplorasi bagaimana model pembelajaran hybrid dapat mengintegrasikan strategi pedagogis tradisional dan modern untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial dan Gen Z. Meski berbagai reformasi telah dilakukan, banyak siswa merasa kurang tertarik dengan metode konvensional yang minim interaktivitas. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kehadiran siswa dalam pelajaran agama dan tingkat toleransi, menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih inovatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipan, melibatkan guru pendidikan Islam, administrator sekolah, dan siswa. Analisis tematik dilakukan untuk mengidentifikasi pola terkait strategi pengajaran, penggunaan sumber daya, dan keterlibatan siswa. Hasil menunjukkan bahwa 85% pendidik menganggap pembelajaran hybrid efektif dalam mengakomodasi gaya belajar yang beragam, meningkatkan keterlibatan siswa, serta memberikan fleksibilitas. Penggunaan alat digital seperti forum diskusi dan media interaktif meningkatkan interaksi dan pemahaman siswa. Namun, 70% guru melaporkan kesulitan menyeimbangkan pengajaran daring dan tatap muka, yang menyebabkan kelelahan kerja. Studi ini menyoroti pentingnya integrasi teknologi dan pembelajaran berpusat pada siswa untuk meningkatkan otonomi dan pemahaman siswa terhadap prinsip Islam. Namun, implementasi pembelajaran hybrid memerlukan dukungan institusional, pelatihan profesional, serta kerangka evaluasi yang sesuai. Penelitian ini menggarisbawahi perlunya strategi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya dan metode penilaian tradisional guna mengoptimalkan penerapan pembelajaran hybrid. Penelitian lanjutan diharapkan dapat mengeksplorasi dampak jangka panjang dan praktik terbaik dalam penerapan hybrid learning di pendidikan Islam.