Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SOSIALISASI DAN PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN TERNAK BABI FERMENTASI BERBAHAN BATANG SEMU PISANG (MUSA PARADISIACA L. ) DI DESA LENGKOSAMBI TIMUR KECAMATAN RIUNG KABUPATEN NGADA Danong, Maria T.; Ati, Vinsensius M.; Ruma, Maria T. L.; Nono, Kristina M.; Amalo, Djeffry
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman Pisang merupakan tanaman berbatang basah, biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Tanaman pisang berakar serabut, akar-akar tersebut tumbuh pada umbi batang, terutama pada bagian bawah dan akan tumbuh hingga kedalaman 75- 150 cm (Cahyono, 2009). Tanaman pisang memiliki banyak manfaat pada setiap bagiannya. Batang semu pisang ditinjau dari sudut zat gizinya berpotensi dijadikan sebagai pakan ternak. Setelah melakukan observasi di desa Lengkosambi Timur kecamatan Riung menunjukkan ketersediaan tanaman pisang yang sangat banyak dimana batang pisang ini sering dijadikan sebagai pakan ternak termasuk ternak babi secara konvensional atau secara sederhana dengan proses pencacahan batang pisang, masak dan diberikan sebagai pakan babi dengan tidak memperhitungkan nilai gizi yang terkandung dalam pakan tersebut atau nilai gizi batang pisang yg diproses dengan cara sederhana ini memiliki nilai gizi yang rendah. Selain itu proses ini juga membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat banyak sehingga harus menyediakan banyak waktu dan tenaga serta dana yang cukup besar. Teknologi pakan ternak fermentasi berbahan batang semu pisang belum banyak dilakukan bahkan tidak pernah dilakukan di desa ini karena belum diperkenalkan kepada masyarakat tentang teknologi ini. Dasar pertimbangan diperkenalkannya fermentasi batang pisang tersebut adalah kebiasaan petani memberikan pakan ternak batang pisang tanpa fermentasi yang mengakibatkan rendahnya nilai gizi dari batang pisang. Fermentasi merupakan proses perombakan bahan pakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologi sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efesien. Proses fermentasi dilakukan dengan menambah starter mikroorganisme yang sesuai dengan substratdan tujuan proses fermentasi, dimana mikroorganisme yang banyak digunakan dalam proses fermentasi adalah kapang, khamir dan bakteri (Febriani, 2019). Proses ini melibatkan Mikroba karena mikroba memiliki kemampuan untuk melakukan perombakan terhadap komponen zat makanan dalam bahan pakan, termasuk karbohidrat menjadi asam organik sederhana yang dikenal sebagai asam lemak terbang (volatyl fatty acid). Ternak adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Hal ini membuat pakan berkualitas selalu tersedia sepanjang tahun merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan peternakan. Upaya peningkatan produktivitas ternak juga dapat dilakukan dengan penyediaan pakan berkualitas secara berkelanjutan. Oleh karena ternak memiliki keunggulan yaitu pertumbuhannya yang cepat, konversi pakan yang sangat baik dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang beranekaragam serta persentase karkasnya dapat mencapai 65%-80%.
INTRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR BAGI MASYARAKAT DI KELURAHAN FATUKBOT KABUPATEN BELU Ati, Vinsensius M.; Neonufa, Suliha N. I.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Kelurahan Fatukbot belum memahami teknologi pembuatan pupuk organik cair (POC). Teknologi ini sederhana, murah, mudah diaplikasi dan dapat menggunakan bahan yang tersedia di masyarakat seperti bonggol pisang dan limbah sayur-sayuran. Kegiatan dilaksanakan melalui sosialisasi, demonstrasi dan praktek. Evaluasi dilakukan terhadap program, hasil dan dampak. Program berhasil sangat baik, peserta menjadi paham dan menguasai materi, termotivasi, dan terampil. Produk POC dari bonggol pisang tidak berbau busuk, tidak berlendir, ada aroma gula dan berwarna kuning kecokelatan sedangkan POC dari hijauan berwarna hijau pekat dan beraroma menyengat sehingga peserta kurang meminati. Kandungan N-total, P2O5, K2O dan nilai pH dari POC bonggol pisang dan hijauan secara berurutan 2,05% dan 2,17; 0,92% dan 0,99%; 0,87% dan 0,89%; 5,07 dan 4,84. Kegiatan berdampak positif karena kelompok tani dan petugas PPL berhasil menyusun rencana tindak lanjut pembuatan POC dan membangkitkan ide penelitian bagi petugas PPL yang akan menyelesaikan skripsi.
Tingkah Laku Bertelur Dan Morfometrik Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Di Taman Wisata Alam Menipo Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang Dima, Alfred O. M.; Hamid, Risna; Meye, Ermelinda D.; Ati, Vinsensius M.; F. M., Ike Septa; Momo, Andriani N.
Kalwedo Sains (KASA) Vol 3 No 2 (2022): Kalwedo Sains (KASA), September 2022
Publisher : Program Studi Di Luar Kampus Utama Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/kasav3i2p110-117

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku bertelur, persentasi durasi terlama dari keseluruhan tingkah laku bertelur, morfometrik dan korelasi penyu lekang (Lepidochelys olivacea) di Taman Wisata Alam Menipo Kecamatan Amarasi Timur Kabupaten Kupang Data yang diperoleh dianalisis pengukuran lama waktu tingkah laku penyu Lekang betina, karakteristik biofisik sarang, jumlah telur dan morfometrik tubuh serta korelasi dianalisis dengan statistik deskriptif. Sedangkan data kualitatif berupa kronologis tingkah laku reproduksi penyu Lekang betina dianalisis dengan membuat deskrispsi secara kronologis. Hasil penelitian diketahui bahwa tingkah laku bertelur penyu lekang secara berurutan meliputi muncul dari laut, bergerak ke arah darat, memilih lokasi peneluran, membersihkan lokasi bertelur, menggali lubang tubuh (body pit), menggali lubang bertelur, peletakan telur, menutup lubang sarang, beregerak ke arah laut dan kembali ke laut. Persentasi durasi terlama adalah tingkah laku pembuatan sarang (PS) yaitu 39,523%. Morfometrik meliputi panjang tubuh dengan rerata 65,8±6,07 cm , panjang kerapas reratanya 66,5±1,35 cm , lebar kerapas dengan rerata 62,3±3,72 cm, panjang fliper reratanya 34,1±5,72 cm, lebar fliper dengan rerata 11,2±1,05 cm, dengan panjang kaki belakang 38,5±1,91 cm dan lebar kaki belakang 13,2±2,97 cm. Korelasinya adalah hasil uji regresi linear menunjukan nilai koefisien korelasi antara panjang kerapas (x) dan jumlah telur (y) adalah sebesar 0,518 yang temasuk dalam kategori sedang. Nilai koefisien korelasi antara lebar kerapas (x) dan jumlah telur (y) adalah sebesar 0,224 yang temasuk dalam kategori rendah. Nilai koefisien korelasi antara panjang tubuh (x) dan jumlah telur (y) adalah sebesar 0,935 yang temasuk dalam kategori sangat kuat.