Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK JENIS-JENIS TUMBUHAN GENUS EUPHORBIA (EUPHORBIACEAE) BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI Maria Teresia Danong; Maria T.L. Ruma; Kristina M. Nono; Rony S. Mauboy; Theresia L. Boro; Emilia Etu
Floribunda Vol. 7 No. 2 (2023): Floribunda April 2023
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32556/floribunda.v7i2.2023.387

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kekerabatan fenetik jenis-jenis tumbuhan genus Euphorbia (Euphorbiaceae) berdasarkan ciri morfologi di Desa Oben, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel secara eksplorasi, koleksi dan dokumentasi. Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri morfologi, serta gambar tumbuhan pada pustaka. Analisis hubungan kekerabatan jenis-jenis genus Euphorbia menggunakan prosedur simqual melalui program NTSYS–pc 2.02 (Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System). Analisis pengelompokan cluster menggunakan SHAN (Sequential Aglomerative Hierarchical and Nested Clustering). Kategori pengelompokan setiap STO menggunakan kriteria indeks similaritas (IS) dengan kriteria: IS: ≥ 0.75 = sangat dekat, 0.51–0.74 = dekat, 0.26–0.50 = tidak dekat, ≤ 0.25 = sangat tidak dekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan jenis tumbuhan genus Euphorbia yaitu E. antiquorum L., E. heterophylla L., E. hirta L., E. milii Des Moul., E. pulcherrima Willd. & Klotzsch, E. tirucalli L., E. tithymaloides L., dan E. trigona Mill. Euphorbia milii memiliki 3 varian yaitu bunga merah, bunga kuning dan bunga merah jambu. Hubungan kekerabatan jenis-jenis tumbuhan genus Euphorbia berdasarkan fenogram dapat dikelompokan dalam 2 kelompok yaitu  kelompok I dengan hubungan  kekerabatan  sangat dekat dan IS = 0.82 dimiliki oleh E. trigona dan E. antiquorum; kekerabatan dekat dengan IS =  0.71–0.53 dimiliki oleh E. milii,  E. heterophylla, E. tithymaloides dan  E. tirucalli. Kelompok II dengan hubungan kekerabatan sangat jauh  atau sangat tidak dekat dengan IS = 0.49 dimiliki oleh E. hirta dan E. pulcherrima.
Laju Pertumbuhan Ayam Kampung Laju Pertumbuhan Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) yang Diberi Ransum dengan Tingkat Protein dan Energi yang Berbeda Joice Jusmiaty Bana; Amor T Karyawati; Theresia L Boro; Maria Danong
Journal Science of Biodiversity Vol 3 No 2: Oktober 2022
Publisher : Program Studi Biologi, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jsb/vol3i2pp81-88

Abstract

Komposisi ransum menjadi salah satu faktor penting terhadap performa produksi ayam kampung. Komposisi nutrisi yang tepat dalam ransum akan memberikan performa produksi terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula ransum yang mengandung konsentrasi protein dan energi yang tepat dan seimbang untuk menunjang performa produksi ayam kampung. Penelitian ini menggunakan ayam berumur 4-5 bulan sebanyak 28 ekor yang diberi ransum dengan kombinasi 3 level protein yaitu 14%, 16% dan 18% serta 2 level energi yaitu 2600 kkal/kg dan 2800 kkal/kg. Ransum komersial digunakan sebagai kontrol. Tujuh perlakuan yaitu R0 (Ransum komersial), R1 ransum dengan kombinasi PK 14% dan EM 2600kkal/kg; R2 ransum dengan kombinasi PK 14% dan EM 2800kkal/kg, R3 ransum dengan kombinasi PK 16% dan EM 2600kkal/kg, R4 ransum dengan kombinasi PK 16% dan EM 2800kkal/kg, R5 ransum dengan kombinasi PK 18% dan EM 2600kkal/kg, R6 ransum dengan kombinasi PK 18% dan EM 2800kkal/kg, Masing masing perlakuan diulang 4 kali sehingga diperoleh 28 unit percobaan. Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi ransum, specific growth rate (SGR) dan konversi ransum. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS for windows versi 25, bila perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan R6 yaitu ransum dengan kombinasi protein 18% dan energi 2800 kkal/kg memberikan performa produksi terbaik secara signifikan dengan kelompok perlakuan lainnya kecuali perlakuan R5. Kata kunci : Gallus gallus domesticus , pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, specific growth rate, konversi ransum.
SOSIALISASI DAN PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN TERNAK BABI FERMENTASI BERBAHAN BATANG SEMU PISANG (MUSA PARADISIACA L. ) DI DESA LENGKOSAMBI TIMUR KECAMATAN RIUNG KABUPATEN NGADA Danong, Maria T.; Ati, Vinsensius M.; Ruma, Maria T. L.; Nono, Kristina M.; Amalo, Djeffry
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman Pisang merupakan tanaman berbatang basah, biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Tanaman pisang berakar serabut, akar-akar tersebut tumbuh pada umbi batang, terutama pada bagian bawah dan akan tumbuh hingga kedalaman 75- 150 cm (Cahyono, 2009). Tanaman pisang memiliki banyak manfaat pada setiap bagiannya. Batang semu pisang ditinjau dari sudut zat gizinya berpotensi dijadikan sebagai pakan ternak. Setelah melakukan observasi di desa Lengkosambi Timur kecamatan Riung menunjukkan ketersediaan tanaman pisang yang sangat banyak dimana batang pisang ini sering dijadikan sebagai pakan ternak termasuk ternak babi secara konvensional atau secara sederhana dengan proses pencacahan batang pisang, masak dan diberikan sebagai pakan babi dengan tidak memperhitungkan nilai gizi yang terkandung dalam pakan tersebut atau nilai gizi batang pisang yg diproses dengan cara sederhana ini memiliki nilai gizi yang rendah. Selain itu proses ini juga membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat banyak sehingga harus menyediakan banyak waktu dan tenaga serta dana yang cukup besar. Teknologi pakan ternak fermentasi berbahan batang semu pisang belum banyak dilakukan bahkan tidak pernah dilakukan di desa ini karena belum diperkenalkan kepada masyarakat tentang teknologi ini. Dasar pertimbangan diperkenalkannya fermentasi batang pisang tersebut adalah kebiasaan petani memberikan pakan ternak batang pisang tanpa fermentasi yang mengakibatkan rendahnya nilai gizi dari batang pisang. Fermentasi merupakan proses perombakan bahan pakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologi sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efesien. Proses fermentasi dilakukan dengan menambah starter mikroorganisme yang sesuai dengan substratdan tujuan proses fermentasi, dimana mikroorganisme yang banyak digunakan dalam proses fermentasi adalah kapang, khamir dan bakteri (Febriani, 2019). Proses ini melibatkan Mikroba karena mikroba memiliki kemampuan untuk melakukan perombakan terhadap komponen zat makanan dalam bahan pakan, termasuk karbohidrat menjadi asam organik sederhana yang dikenal sebagai asam lemak terbang (volatyl fatty acid). Ternak adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Hal ini membuat pakan berkualitas selalu tersedia sepanjang tahun merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan peternakan. Upaya peningkatan produktivitas ternak juga dapat dilakukan dengan penyediaan pakan berkualitas secara berkelanjutan. Oleh karena ternak memiliki keunggulan yaitu pertumbuhannya yang cepat, konversi pakan yang sangat baik dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang beranekaragam serta persentase karkasnya dapat mencapai 65%-80%.