Sektor pertanian dan perkebunan, termasuk subsektor hortikultura, memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional, terutama melalui penciptaan lapangan kerja, penyediaan kebutuhan pangan, serta kontribusi terhadap devisa melalui kegiatan ekspor. Di sisi lain, aktivitas perdagangan menjadi komponen vital dalam rantai distribusi hasil pertanian, di mana peran pedagang sangat bergantung pada sistem distribusi yang berlaku serta pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi keluarga. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan, khususnya di Desa Tawiri, Provinsi Maluku, keterkaitan sosial antara petani hortikultura dan pedagang pengumpul menjadi faktor krusial dalam menjaga keberlanjutan usaha tani serta membangun jaringan ekonomi lokal yang solid. Penelitian ini melibatkan 15 petani dan 10 pedagang pengumpul, dan hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya terjalin erat serta harmonis. Hubungan ini terbentuk melalui sepuluh aspek utama, yakni aktor, komunikasi, kesamaan tujuan, kepercayaan, aspek ekonomi, kedekatan sosial, interaksi, tindakan bersama, nilai kekeluargaan, dan bentuk pertukaran sosial. Relasi tersebut tidak hanya dilandasi kepentingan ekonomi semata, tetapi juga tumbuh dari rasa saling percaya dan kedekatan emosional. Meski demikian, munculnya pedagang dari luar desa dipandang sebagai tantangan potensial yang dapat mengganggu kestabilan sosial ekonomi lokal yang telah terbangun.