ma'ruf, melanieka_260m
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

REPRESENTASI FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN YANG MENUNGGU DI LORONG MENUJU LAUT  KARYA DIAN PURNOMO ma'ruf, melanieka_260m; Indayani
Buana Bastra Vol 12 No 1 (2025): JURNAL ILMIAH BUANA BASTRA
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/bastra.vol12.no1.a10219

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi feminisme dalam novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo. Penelitian ini penting dilakukan karena novel ini menggambarkan kehidupan perempuan, khususnya perlawanan dan perjuangan mereka untuk mendapatkan hak-haknya dalam masyarakat Sangihe. Untuk memahami penggambaran feminisme dalam konteks kondisi sosial ekonomi kontemporer, penting untuk menganalisis gagasan-gagasan feminisme yang diartikulasikan dalam novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metodologi deskriptif. Data penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat yang mengandung representasi feminisme. Sumber data utama untuk penelitian ini adalah novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut yang ditulis oleh Dian Purnomo. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan menganalisis isi novel untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan bentuk representasi feminisme. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan tiga bentuk representasi feminisme dalam novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) persamaan hak dan kewajiban, berupa perjuangan Shalom dan ibu rumah tangga untuk mendapatkan pengakuan dan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan pekerjaan; (2) hubungan kekuasaan yang sama, berupa perjuangan Shalom, Ari Naja, Bu Agatha, dan Opa Mapaele untuk membangun identitas dan otonomi mereka di tengah masyarakat yang patriarkis.; dan (3) ketiadaan diskriminasi terhadap kaum perempuan, berupa keberanian dan pembangkangan Mirah terhadap konvensi masyarakat yang menindas.