The relationship between religion and politics in biblical texts often reveals complex dynamics of power. One significant example can be found in King Josiah’s religious reform. This article examines King Josiah’s political strategy in 2 Kings 23:1–27 by applying Michel Foucault’s concept of politics of the body. The purpose of this study is to demonstrate that Josiah’s religious reforms were not merely efforts to purify the worship of Yahweh but also means to strengthen his political power and legitimacy. Using a qualitative descriptive method and a socio-historical hermeneutical approach, this research analyzes the textual and contextual aspects of Josiah’s reform. The findings show that Josiah’s physical actions, such as gathering the people, destroying idol worship sites, removing foreign priests, and restoring the Passover celebration, functioned as mechanisms of power to regulate both individual and social bodies of Judah. These actions reveal the interconnection between religion and politics in shaping national identity and authority. The study concludes that the politics of the body in Josiah’s reform provides a critical framework for understanding the relationship between power, religion, and social control in both ancient and contemporary contexts.AbstrakRelasi antara agama dan politik dalam teks-teks Alkitab sering kali memperlihatkan dinamika kekuasaan yang kompleks. Salah satu contoh yang signifikan dapat ditemukan dalam reformasi keagamaan Raja Yosia. Artikel ini mengkaji strategi politik Raja Yosia dalam 2 Raja-raja 23:1–27 dengan menerapkan konsep politics of the body dari Michel Foucault. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa reformasi keagamaan Yosia bukan sekadar upaya memurnikan penyembahan kepada Yahweh, tetapi juga sarana untuk memperkuat kekuasaan dan legitimasi politiknya. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan hermeneutik sosio-historis, penelitian ini menganalisis aspek tekstual dan kontekstual dari reformasi Yosia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan-tindakan fisik Yosia, seperti mengumpulkan rakyat, menghancurkan tempat pemujaan berhala, menyingkirkan imam-imam asing, dan memulihkan perayaan Paskah berfungsi sebagai mekanisme kekuasaan untuk mengatur tubuh individu maupun tubuh sosial Yehuda. Tindakan-tindakan tersebut memperlihatkan keterkaitan antara agama dan politik dalam membentuk identitas dan otoritas bangsa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa politics of the body dalam reformasi Yosia memberikan kerangka kritis untuk memahami hubungan antara kekuasaan, agama, dan kontrol sosial, baik dalam konteks kuno maupun kontemporer.