Rumput laut cokelat atau sargassum sp merupakan salah satu jenis dari 3 jenis rumput laut. Pada rumput laut cokelat terdapat senyawa alginat yang sering digunakan sebagai pengental dalam industry makanan, kosmetik, obat, hingga industry kertas dan cat. Kebutuhan alginat di Indonesia sendiri diestimasikan naik 2,9 % tiap tahunnya. Alginat ini sendiri belum diproduksi di Indonesia dan seluruh kebutuhan dalam negeri bergantung pada impor alginat dari luar negeri. Tentunya hal ini kurang berdampak baik karena Indonesia mengekspor rumput laut (bahan mentah) yang harganya murah dan mengimpor produk jadi alginat yang harganya lebih mahal. Padahal Indonesia sendiri diyakini mampu untuk memproduksi sendiri alginat untuk kebutuhan dalam negeri. Untuk memproduksi alginat ini diperlukan beberapa tahapan, diantaraya adalah size reduction, acid treatment, formaldehyde treatment, alkaline extraction, separation, bleaching, precipitation, dan dewatering. Dalam pendirian pabrik ini akan direncanakan untuk menghasilkan 2.205 ton alginat per tahun. Pabrik ini akan dibangun di Kota Bitung, Sulawesi Utara dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti ketersediaan bahan baku, utilitas, iklim, cuaca, dan ketersediaan lahan. Proses dari produksi ini meliputi 3 tahap utama, yakni pre-treatment, ekstraksi, dan proses pengeringan. Pada aspek ekonomi pabrik ini memiliki Internal Rate of Return IRR = 22,12% yang sudah diatas bunga bank yang sebesar 9,95%. Selanjutnya Pay Out Time (POT) selama 3,77 tahun. Nilai BEP 77,07%. Nilai BEP dibawah dari 100% ini berarti bahwa nilai jual produk alginat per taunnya melebihi dari nilai ongkos produksi alginat sehingga hal ini sangat baik dan terakhir nilai NPV sebesar Rp. 232.018.644.824,6.