Perkembangan industri batik tekstil dalam memenuhi kebutuhan sandang, industri batik tidak lepas dari pewarnaan kain. Pewarna yang umum digunakan di industri tekstil adalah pewarna sintetik karena warna yang dihasilkan lebih menarik, pengerjaan pewarnaan cepat dan zat warna sintetis mudah diperoleh. Salah satu pewarna tekstil yaitu indigo carmine yang menghasilkan warna biru tua Pada proses pewarnaan kain, zat warna tidak memungkinkan untuk berinteraksi langsung karena mudah luntur. Maka dibutuhkan suatu zat yang dapat mengikat warna dengan kain agar warna yang dihasilkan lebih tahan luntur dan merata yaitu zat mordan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh logam Al(III) dan Cu(II) sebagai mordan pada pewarnaan kain, serta membandingkan kemampuan logam Al(III) dan Cu(II) sebagai mordan terhadap zat warna indigo carmine. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah premordanting, yaitu kain lebih dahulu diberi mordan lalu dicelupkan pada zat warna. Hasil penelitian menunjukkan rasio mol terbaik berada pada 1:5. Kain katun yang tidak diberi perlakuan dengan logam mordan, diperoleh warna biru tua pada panjang gelombang maksimum 610 nm, dan dengan logam mordan Al2(SO4) diperoleh warna biru tua lebih pekat pada panjang gelombang maksimum 607 nm, dan dengan mordan CuSO4.5H2O diperoleh warna yang berbeda yaitu hijau kebiruan pada panjang gelombang maksimum 610 nm. Hasil analisis SEM-EDX mendeteksi unsur aluminium 0,40% dan unsur tembaga sebanyak 0,35%. Hasil aplikasi uji ketahanan luntur kain berdasarkan SNI, dibandingkan dengan kain yang tidak diberi perlakuan dengan logam mordan, menunjukkan bahwa dengan penggunaan logam mordan lebih baik dalam mempertahankan ikatan zat warna.