Berpikir kritis merupakan keterampilan esensial dalam praktik keperawatan yang memengaruhi kualitas asuhan, pengambilan keputusan klinis, dan perilaku caring perawat. Namun, pengembangan kemampuan ini sering menghadapi tantangan seperti tekanan kerja, kurangnya kolaborasi tim, dan keterbatasan sumber daya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara berpikir kritis dengan kualitas asuhan keperawatan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi dan strategi untuk mengembangkannya. Penelitian ini menggunakan metode narrative review dengan pendekatan kualitatif. Pencarian literatur dilakukan melalui 3 database Google Scholar, PubMed, dan Semantic Scholar, dengan kriteria inklusi artikel terbitan tahun 2019–2025. Sebanyak 7 artikel dipilih berdasarkan relevansi topik. Variabel penelitian meliputi kemampuan berpikir kritis, perilaku caring, dan faktor pendukung seperti pengalaman kerja, motivasi, dan pendidikan. Analisis data dilakukan secara tematik untuk mengidentifikasi pola dan hubungan antarvariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis berhubungan signifikan dengan perilaku caring dan kualitas asuhan keperawatan. Perawat dengan kemampuan berpikir kritis yang baik cenderung lebih efektif dalam pengambilan keputusan klinis dan memberikan asuhan yang holistik. Faktor seperti lama kerja, tingkat pendidikan, dan motivasi juga berpengaruh positif terhadap kemampuan ini. Namun, tantangan seperti beban kerja tinggi dan kurangnya dukungan manajemen menghambat penerapannya. Berpikir kritis merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Pengembangan keterampilan ini memerlukan pendekatan holistik, termasuk pelatihan berkelanjutan, kolaborasi interdisipliner, dan dukungan institusi. Dengan mengatasi tantangan yang ada, perawat dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien.