Latar Belakang: Skills Lab, atau laboratorium keterampilan klinis, merupakan fasilitas pendidikan yang dirancang untuk membantu mahasiswa kedokteran menguasai keterampilan klinis melalui simulasi sebelum berinteraksi langsung dengan pasien. Salah satu kompetensi utama yang dipelajari adalah komunikasi efektif, yang mencakup edukasi dan konseling. Aspek penting dalam komunikasi efektif meliputi kemampuan sambung rasa terhadap pasien, empati, keterampilan membuka dan menutup sesi, serta negosiasi dalam proses persetujuan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review dengan menganalisis 30 artikel yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa refleksi memiliki peran yang signifikan dalam proses pembelajaran mahasiswa kedokteran. Refleksi membantu mahasiswa menilai pengalaman dan respons emosional mereka secara kritis, terutama ketika terpapar pengaturan klinis sejak dini. Paparan ini memungkinkan mahasiswa untuk memahami lebih baik tantangan klinis, mengembangkan empati, dan membangun identitas profesional mereka sebagai tenaga kesehatan. Melalui praktik reflektif, mahasiswa dapat memperbaiki keterampilan komunikasi dan klinis mereka. Refleksi membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengambilan keputusan klinis, menyempurnakan kompetensi profesional, dan memperdalam pemahaman mereka tentang kebutuhan pasien. Selain itu, refleksi memungkinkan mahasiswa untuk mengelola emosi dalam situasi klinis dan membangun hubungan terapeutik yang lebih baik dengan pasien. Simulasi yang dilakukan di Skills Lab, didukung oleh praktik refleksi, menjadi pendekatan strategis dalam pendidikan kedokteran. Hal ini memastikan mahasiswa tidak hanya menguasai keterampilan teknis tetapi juga memiliki kepekaan dan empati yang diperlukan dalam memberikan perawatan pasien. Dengan demikian, refleksi tidak hanya mendukung pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif tetapi juga menjadi landasan dalam membangun kompetensi profesional yang lebih holistik. Kesimpulan: Refleksi memainkan peran kunci dalam pendidikan kedokteran, membantu mahasiswa menjadi penyedia layanan kesehatan yang kompeten, berempati, dan siap menghadapi tantangan klinis nyata.