Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

REVITALISASI GEDUNG MATAHARI DEPARTMENT STORE DIKAWASAN PASAR BARU: ARSITEKTUR INTERAKTIF UNTUK KOMUNITAS DAN BISNIS Carent Chia, Christ; Gandha, Maria Veronicha
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i1.33938

Abstract

The phenomenon of "placeless place" in Jakarta's Pasar Baru area, particularly in the Matahari Department Store building, reflects the degradation of spatial function caused by modernization, globalization, and the COVID-19 pandemic. Once an iconic commercial landmark, this building has lost its appeal and requires revitalization through the concept of interactive architecture. This study aims to redesign the building as a community and business hub that fosters social interaction and cultural preservation. The literature review focuses on the concepts of placelessness, revitalization of historic areas, and interactive architecture, which provides solutions through kinetic and digital designs to enhance spatial experience. The research methods include field observation, interviews, and activity mapping analysis to understand existing conditions and user needs. The findings reveal that the application of interactive architecture in mass formation can create spaces that integrate commercial, social, and cultural activities. Design elements such as kinetic facades, circular circulation, and multifunctional open spaces are implemented to support spatial functions. The spatial programs include retail zones, interactive workshops, co-working spaces, and collaborative art areas, all interconnected. This design allows the community to actively participate in space activities, revitalizing the social and economic functions of the area.The revitalization of the Matahari Department Store is expected to act as a catalyst for the resurgence of Pasar Baru as a dynamic urban destination, engaging communities, visitors, and businesses in creating sustainable and meaningful spaces. Keywords: community design; interactive architecture; Pasar Baru; placeless place; revitalization Abstrak Fenomena "placeless place" di kawasan Pasar Baru, Jakarta, terutama pada Gedung Matahari Department Store, mencerminkan degradasi fungsi ruang akibat modernisasi, globalisasi, dan pandemi COVID-19. Gedung ini, yang sebelumnya menjadi ikon komersial kini kehilangan daya tariknya, sehingga memerlukan penanganan berbasis konsep arsitektur interaktif agar dapat menciptakan daya tarik baru untuk menarik minat pengunjung. Penelitian ini bertujuan merancang gedung tersebut sebagai pusat komunitas dan bisnis yang mendukung interaksi sosial serta pelestarian budaya. Kajian literatur berfokus pada konsep placelessness, revitalisasi kawasan bersejarah, dan arsitektur interaktif, yang menawarkan solusi melalui desain kinetik dan digital untuk meningkatkan pengalaman ruang. Metode penelitian melibatkan observasi lapangan, wawancara, dan analisis peta aktivitas kawasan, yang digunakan untuk memahami kondisi eksisting dan kebutuhan pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan upaya revitalisasi bangunan dan kawasan. Melalui arsitektur interaktif pada desain dapat menciptakan ruang yang menghubungkan aktivitas komersial, sosial, dan budaya. Elemen desain seperti fasad kinetik, sirkulasi melingkar, dan ruang terbuka multifungsi diterapkan untuk mendukung fungsi ruang. Program ruang mencakup zona retail, workshop interaktif, co-working space, dan area seni kolaboratif yang saling terintegrasi. Desain ini memungkinkan masyarakat menjadi bagian aktif dari aktivitas ruang, sehingga mampu menghidupkan kembali fungsi sosial dan ekonomi kawasan. Revitalisasi Gedung Matahari diharapkan menjadi katalisator bagi kebangkitan Pasar Baru sebagai destinasi urban yang dinamis, melibatkan komunitas, pengunjung, dan bisnis dalam menciptakan ruang yang berkelanjutan dan bermakna.
TRANSFORMASI GRAND THEATER SENEN: PENDEKATAN DESAIN FLEKSIBEL ADAPTIF DALAM MENCIPTAKAN RUANG MULTIFUNGSI Gratiano, Giuseppe; Gandha, Maria Veronicha
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i1.33939

Abstract

The development of technology and time has pushed many things to be better, but there are also some things that must be left behind. This forms the phenomenon of the abandonment of old buildings because they have fallen behind the times and have begun to be forgotten, one of which is the Grand Theater Senen. The issue began with the emergence of more modern cinema business competitors, coupled with the absence of maintenance and renewal of the building so that this building was widely used by the community for negative activities such as pickpocketing, the spread of narcotics, and prostitution. Until finally this building experienced functional degradation and lost its identity. In essence, Grand Theater Senen has a strategic location, located in the middle of the intersection of five very busy main roads. Coupled with the proximity of the site to the Transjakarta bus stop and Senen Station. With the high activity of the area that is classified as high raises the problem of abandoned buildings in the middle of the Senen Market Area, its proximity to the untidy market makes the image of the Senen Market Area dirty and shabby. From the problems that arise, space is needed that can be used by the community by feeling ownership of the building and can be adjusted to the needs of visitor activities. The research step was carried out by conducting a study related to the Grand Theater Senen building within the last five years, then continued with direct observation for mapping related to potential points around the site, and continued with the design of the building program, the program includes community space, culinary, offices, museums and galleries.  The application of the flexibility concept aims to provide space to visitors that can be adjusted to the needs of activities for the sustainability of the building. Keywords: degradation; flexibility; history of Grand Theatre Senen Abstrak Perkembangan teknologi dan zaman telah mendorong banyak hal menjadi lebih baik, namun ada beberapa hal juga yang harus tertinggal. Hal ini membentuk fenomena tertinggalnya bangunan tua karena sudah tertinggal zaman dan sudah mulai dilupakan, salah satunya adalah Grand Theater Senen. Isunya dimulai dengan munculnya pesaing bisnis bioskop yang lebih modern, ditambah dengan tidak adanya perawatan maupun pembaruan pada bangunannya sehingga bangunan ini banyak digunakan masyarakat untuk aktivitas negatif seperti pencopetan, penyebaran narkotika, dan prostitusi. Hingga akhirnya bangunan ini mengalami degradasi fungsi dan kehilangan identitasnya. Pada hakikatnya Grand Theater Senen memiliki lokasi yang strategis, letaknya berada di tengah persimpangan lima jalanan utama yang sangat ramai. Ditambah lagi dengan dekatnya tapak dengan halte Transjakarta dan Stasiun Senen. Dengan ramainya aktivitas kawasan yang tergolong tinggi memunculkan masalah adanya bangunan terbengkalai di tengah kawasan Pasar Senen, kedekatannya dengan tidak rapinya pasar membuat citra kawasan Pasar Senen menjadi kotor dan kumuh. Dari permasalahan yang muncul dibutuhkan ruang yang dapat digunakan oleh masyarakat dengan merasakan kepemilikan terhadap bangunan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas pengunjungnya. Langkah penelitian dilakukan dengan melakukan kajian terkait bangunan Grand Theater Senen dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kemudian dilanjutkan dengan observasi secara langsung untuk mapping terkait titik potensi yang ada di sekitar tapak, dan dilanjutkan dengan perancangan program bangunan, program tersebut meliputi community space, kuliner, perkantoran, museum dan galeri. Penerapan konsep fleksibilitas bertujuan untuk memberikan ruang kepada pengunjung yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas untuk keberlanjutan bangunan.