Reva Intan Zakiah
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Transformasi Paradigma Filsafat Dakwah: Dari Tradisional Ke Digital Zihan Annafsa; M Alawy Farhan; Reva Intan Zakiah; Ali Hasan Siswanto
Menulis: Jurnal Penelitian Nusantara Vol. 1 No. 6 (2025): Menulis - Juni
Publisher : PT. Padang Tekno Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59435/menulis.v1i6.399

Abstract

Perkembangan pesat teknologi informasi telah mengubah metode dakwah Islam, dengan platform media sosial seperti TikTok, YouTube, dan Instagram menjadi sarana baru menjangkau audiens luas. Penelitian Nashoihul Ibad (2025) menekankan pentingnya literasi digital bagi dai untuk memanfaatkan TikTok secara efektif, sementara Fauzi (2023) menyoroti peran teknologi dalam menembus batas geografis dakwah. Namun, kajian khusus tentang efektivitas TikTok dan strategi literasi digital bagi dai masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengkaji transformasi dakwah dari tradisional ke digital, menganalisis strategi komunikasi, literasi digital, serta integrasi nilai lokal dalam konten dakwah agar lebih adaptif dan relevan di era teknologi. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode dakwah tradisional seperti ceramah di mimbar, majelis taklim, dan media cetak telah lama efektif dalam menyebarkan ajaran Islam, namun memiliki keterbatasan dalam jangkauan, interaksi, dan fleksibilitas. Di era digital, pemanfaatan media sosial dan konten digital seperti video, podcast, dan infografis membuka peluang besar untuk menjangkau audiens lebih luas, terutama generasi muda, dengan komunikasi yang lebih interaktif dan kreatif. Namun, tantangan dakwah digital meliputi risiko misinformasi, kesenjangan literasi digital, serta kebutuhan untuk mengintegrasikan nilai-nilai dan kearifan lokal agar pesan dakwah tetap relevan dan diterima dengan baik. Integrasi kearifan lokal dalam dakwah digital sangat penting untuk menjadikan pesan dakwah lebih relevan, mudah diterima, dan kontekstual bagi masyarakat. Pemanfaatan media dan seni tradisional, seperti bahasa daerah dan kesenian lokal, menjadi media kreatif yang efektif, terutama jika didukung kolaborasi dengan tokoh budaya. Platform digital seperti YouTube, Instagram, dan TikTok berhasil menjangkau generasi muda dengan konten yang interaktif dan variatif, seperti yang ditunjukkan oleh Al-Bahjah TV. Namun, tantangan seperti perbedaan tafsir budaya, kesenjangan akses teknologi, dan kebutuhan kompetensi dai dalam budaya lokal dan literasi digital harus diatasi. Secara filosofis, dakwah digital menggeser paradigma dari monolog menjadi dialog interaktif yang menuntut etika tinggi.