Arabic-Malay script was once the dominant writing system in the Nusantara region, particularly during the golden age of Islamic kingdoms. This script was used across various domains of life, including education, da’wah (Islamic propagation), governmental administration, and the writing of literature and religious texts. However, the arrival of colonialism and the wave of modernization led to its decline and eventual displacement by the Latin alphabet. This study aims to examine the history and development of Arabic-Malay literacy in the Nusantara and to explore the challenges and preservation efforts in the contemporary era. The research adopts a qualitative descriptive method based on literature studies, using a thematic approach to various historical and academic sources. The findings reveal that although the use of Arabic-Malay has significantly diminished, various initiatives have emerged to revitalize the script, particularly through local education, manuscript digitization, and the active role of Islamic boarding schools (pesantren) and cultural communities. The preservation of Arabic-Malay is not only essential for safeguarding the Islamic literacy heritage of the Nusantara but also serves as a strategic effort to uphold local cultural identity amid the forces of globalization. Abstrak: Aksara Arab Melayu merupakan sistem tulisan yang pernah mendominasi literasi di wilayah Nusantara, khususnya pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Islam. Aksara ini digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, dakwah, administrasi pemerintahan, hingga penulisan sastra dan karya keagamaan. Namun, kedatangan kolonialisme dan modernisasi menyebabkan Arab Melayu mengalami kemunduran dan tergeser oleh huruf Latin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejarah dan perkembangan baca tulis Arab Melayu di Nusantara serta menelusuri tantangan dan upaya pelestariannya di era kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif berbasis studi literatur dengan pendekatan tematik terhadap berbagai sumber historis dan akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun penggunaan Arab Melayu telah menurun secara signifikan, masih terdapat berbagai inisiatif untuk merevitalisasi aksara ini, terutama melalui pendidikan lokal, digitalisasi manuskrip, dan peran aktif pesantren serta komunitas budaya. Pelestarian Arab Melayu tidak hanya penting dalam menjaga warisan literasi Islam di Nusantara, tetapi juga menjadi bagian strategis dalam mempertahankan identitas budaya lokal di tengah arus globalisasi. Kata Kunci: Arab Melayu, literasi Islam, sejarah aksara, pelestarian budaya, Nusantara.