Penelitian ini menganalisis kehidupan suku Dayak di Rumah Betang melalui filsafat relasionalitas Armada Riyanto. Rumah Betang merupakan rumah adat suku Dayak yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal secara fisik, namun juga menjadi ruang yang mencerminkan nilai-nilai relasionalitas. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah Betang bukan hanya sebagai tempat tinggal fisik masyarakat suku Dayak, namun menjadi ruang terbentuknya hubungan relasional. Masyarakat suku Dayak di dalam rumah Betang saling berelasi, berkomunikasi dan berinteraksi. Konsep “Aku” merujuk pada kesadaran diri sebagai makhluk relasional, sedangkan “Liyan” merujuk pada sesama, alam, dan Yang Ilahi. Kehidupan di dalam rumah Betang menggambarkan relasi intersubjektif yang setara dan inklusif membangun hubungan sosial yang harmoni. Masyarakat di dalamnya saling bekerja sama dan menunjukkan ketergantungan satu sama lain. Studi ini juga menemukan bahwa rumah Betang menjadi simbol persatuan dan persaudaraan menjadi ruang terbentuknya aspek relasionalitas dalam kehidupan suku Dayak. Rumah Betang sebagai ruang kultural-etis menjadi tempat terciptanya kearifan lokal yang tercermin dalam sikap menghormati dan mencintai sesama, Alam dan Yang Ilahi. Rumah ini juga menjadi ruang lifeworld, yakni ruang pengalaman hidup masyarakat suku Dayak secara subjektif dan objektif. Subjektivitasnya terlihat dalam interaksi sosial di antara penghuninya dan objektivitasnya terlihat dalam struktur bangunan yang mencerminkan rasa hormat pada Alam. Dengan demikian, rumah betang tidak hanya menjadi simbol persatuan dan identitas budaya suku Dayak, namun juga menjadi ruang yang mencerminkan nilai-nilai relasionalitas antara “Aku” dengan Liyan, Alam dan Tuhan.