Pendidikan seks masih dianggap tabu oleh sebagian orang tua untuk diberikan kepada anaknya. Belum lagi bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus seperti anak tunagrahita. Orang tua senantiasa berasumsi bahwa sang anak tidak akan paham apabila dijelaskan sekalipun, padahal kasus kekerasan pada wanita difabel intelektual tidak sedikit. Belum lagi dengan fakta bahwasanya anak-anak tunagrahita meskipun kecerdasannya di bawah rata-rata tetapi libido atau hasrat seksualnya cenderung tinggi sehingga butuh adanya bimbingan yang tepat dan benar, baik itu dari orang tua maupun sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan pola asuh pendidikan seks yang diterapkan orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada remaja tunagrahita. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwasanya orang tua yang memiliki anak dengan kondisi tunagrahita telah memberikan pendidikan seks yang cukup kepada anak mereka sehingga tidak ada diantara mereka yang tidak sama sekali memberikan pendidikan seks dalam bentuk apapun. Pola asuh yang diterapkan pula didominasi dengan pola asuh demokratis. Pendidikan seks diberikan melalui banyak pertimbangan serta memfokuskan pada tujuan yang hendak dicapai yakni anak memperoleh bentuk pendidikan seks yang benar dan pola asuh yang tepat.