Transformasi digital mendorong munculnya social commerce sebagai model bisnis yang mengintegrasikan media sosial dengan aktivitas transaksi daring. TikTok menempati posisi sentral melalui fitur live selling yang mengubah pola interaksi penjual dan pembeli menjadi lebih interaktif serta persuasif. Fenomena ini semakin kuat di Indonesia setelah kolaborasi TikTok dengan Tokopedia pada 2024, didukung basis pengguna yang masif. Salah satu aspek penting dari live selling adalah strategi komunikasi host yang tidak hanya berfokus pada presentasi produk, tetapi juga membangun keakraban dan kepercayaan audiens. Penelitian ini menyoroti dua elemen utama, yakni penggunaan bahasa informal serta pola intonasi yang dinamis. Bahasa gaul, sapaan personal, dan ungkapan sehari-hari terbukti menciptakan suasana egaliter yang mendekatkan host dengan penonton. Sementara itu, variasi intonasi berfungsi menyalurkan emosi, menekankan informasi penting, serta menjaga atensi audiens. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis wacana kritis dan analisis fonetik deskriptif, didukung observasi, transkripsi, serta pemanfaatan perangkat lunak Praat untuk memetakan kontur intonasi. Temuan menunjukkan bahwa kombinasi bahasa non-formal dan intonasi ekspresif menjadi strategi persuasif yang efektif dalam meningkatkan kedekatan emosional dan kepercayaan konsumen. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan kajian sosiolinguistik, pragmatik, dan komunikasi pemasaran digital. Dari sisi praktis, hasilnya dapat menjadi rujukan bagi UMKM, kreator konten, dan pemasar digital dalam merancang komunikasi live selling yang lebih otentik, interaktif, dan sesuai dengan karakteristik generasi muda. Rekomendasi lanjutan mencakup eksplorasi aspek multimodal lain seperti gestur visual serta penggunaan metode kuantitatif agar hasil lebih komprehensif.