Penelitian ini menganalisis karakteristik desain rumah tinggal di Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh,dalam konteks adaptasi terhadap perubahan iklim, khususnya efisiensi termal dan ketahanan terhadapbanjir. Hasil observasi terhadap enam rumah menunjukkan bahwa bentuk bangunan memanjang denganatap pelana tinggi (>30°) dan bukaan di sisi panjang mendukung ventilasi silang yang optimal,menghasilkan suhu dalam ruang yang lebih rendah hingga ±1,5°C dibandingkan rumah dengan bentukmassa kompak dan atap datar. Ventilasi silang pasif yang dihadirkan melalui bukaan berseberangansecara signifikan menurunkan suhu dalam ruang dan mengurangi kebutuhan pendinginan buatan.Penggunaan material lokal seperti kayu juga menunjukkan performa termal yang stabil (29–30°C) sertaemisi embodied carbon yang lebih rendah (±150–180 kg CO?/m²), meskipun perlu mempertimbangkanketahanan terhadap kelembapan dan rayap. Selain itu, elevasi bangunan terbukti memengaruhiketahanan terhadap banjir; rumah panggung dengan elevasi >1 meter tidak mengalami genangan, sertamemberikan manfaat tambahan dalam sirkulasi udara bawah rumah. Temuan ini menegaskanpentingnya pendekatan desain arsitektur tropis dan berkelanjutan dalam merespons tantangan iklim dikawasan pesisir.