Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Diskursus Agama dan Politik dalam Negara Demokrasi: Pemikiran Habermas, Tantangan, dan Etika bagi Indonesia Zandro, Agrindo; Prasetyo, Matias Rico Adi
Perspektif Vol. 20 N.º 1 (2025): June 2025
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v20i1.290

Abstract

The relationship between religion and politics in Indonesian democracy often generates tension, particularly due to the dominance of majority groups that influence public policy and restrict the freedoms of religious minorities. This article aims to analyze how the thought of Jürgen Habermas can be used to examine and critique the religion–politics relationship within the context of Indonesian democracy. Four core principles of postsecularism—mutual learning, the translation of religious language into secular language, bonum commune, and state neutrality—are employed as the theoretical framework to evaluate non-inclusive democratic practices. This study uses a qualitative approach based on literature review and case analysis, including restrictions on the construction of houses of worship and the politicization of religion during elections. The study shows that Habermas’s ideas can be used to build a political ethics in Indonesia, but they require adaptation to the complex local socio-political realities, including the strong presence of religious identity in the public sphere. Thus, the article concludes that Habermas’s thought is relevant for constructing a more deliberative and inclusive political ethic in Indonesia, and offers a new philosophical approach for criticizing religious exclusivism within majority-rule democracies.
Mindless Scrolling dalam Perspektif Filsafat Sartre sebagai Wujud Bad Faith Prasetyo Widi , Christophorus Rinovan; Prasetyo, Matias rico Adi; kevin Kurniawan, Paulus; Khong Wing, Benny Phang
Seri Filsafat Teologi Vol. 35 No. 34 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v35i34.266

Abstract

Fenomena mindless scrolling atau kebiasaan menggulir media sosial secara pasif tanpa tujuan menjadi ciri khas kehidupan digital masa kini. Kebiasaan ini bukan hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga mencerminkan persoalan eksistensial yang lebih dalam. Artikel ini menganalisis mindless scrolling sebagai bentuk bad faith dalam perspektif filsafat eksistensialis Jean- Paul Sartre. Sartre memandang bad faith sebagai penipuan diri, yaitu tindakan individu yang menyangkal kebebasannya dengan menyalahkan kekuatan eksternal atau larut dalam peran sosial. Dalam konteks digital, mindless scrolling dipahami sebagai mekanisme pelarian dari kecemasan eksistensial dan tanggung jawab untuk hidup secara otentik. Meskipun teknologi berperan dalam membentuk kebiasaan ini, Sartre menekankan bahwa manusia tetap memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak. Dengan demikian, kebiasaan ini tidak semata-mata disebabkan oleh desain algoritmik, tetapi juga oleh kecenderungan manusia untuk menghindari refleksi diri. Kajian ini menunjukkan bahwa untuk keluar dari bad faith digital, dibutuhkan kesadaran akan kebebasan eksistensial dan keberanian untuk mengambil tanggung jawab atas waktu dan perhatian. Refleksi filosofis ini diharapkan memperkaya pendekatan terhadap literasi digital dan etika penggunaan teknologi