This study aims to examine the significance of the concept of munāsabah in the interpretation of verses that contain scientific indications. It reviews the interpretation provided by Ministry of Religious Affairs/Department of Religious Affairs of the Republic of Indonesia called "Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)" and analyzes the application of munāsabah in these verses. The science of munāsabah often receives insufficient attention in studies of scientific tafsir. Many interpretations tend to focus solely on the meanings of the verses in isolation, without considering the relationships and contexts of the verses with those that precede or follow them. This study employs a qualitative method, focusing on the verses of light found in Surah an-Nūr (24:35), Yūnus (10:5), Nūḥ(71:16), al-Furqān (25:61), and an-Nabā’ (78:13). It utilizes the perspective of Badruddīn Muḥammad bin ‘Abdullāh al-Zarkasyi as presented in his book, al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qur’ān. The primary data for analysis is derived from the tafsir book published by the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. The results indicate that the Kemenag RI Tafsir team has effectively employed the munāsabah method by considering the context of both preceding and succeeding verses, thereby enhancing the depth and reliability of Qur’anic interpretation. The Tafsir Kemenag RI integrates modern scientific insights with the traditional tafsir method based on munāsabah, resulting in a more holistic and contextual interpretation. The identified patterns of munāsabah include relationships among groups of verses, between surahs, and even between words within a single verse. These patterns largely align with al-Zarkasyi’s theory of munāsabah, although some forms of munāsabah fall outside the scope of his theory. This study underscores the significance of inter-verse and inter-surah relationships in scholarly interpretation and opens avenues for further research that encompasses a broader range of scientific verses and the integration of other relevant theories.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji signifikansi konsep munāsabah dalam penafsiran ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah, dengan menelaah tafsir Kementerian Agama/Departemen Agama Republik Indonesia yang disebut “Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)” serta implementasi munāsabah pada ayat-ayat tersebut. Ilmu munāsabah sering kali kurang mendapat perhatian dalam kajian tafsir-tafsir saintifik. Banyak penafsiran cenderung fokus hanya pada makna ayat yang dikaji secara terpisah, tanpa memperhatikan hubungan dan konteks ayat tersebut dengan ayat-ayat yang mendahului atau mengikutinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan fokus kajiannya pada ayat-ayat cahaya yang terdapat pada surah an-Nūr (24): 35, Yūnus (10): 5, Nūḥ (71): 16, al-Furqān (25): 61, dan an-Nabā’ (78): 13, menggunakan perspektif Badruddīn Muḥammad bin ‘Abdullāh al-Zarkasyi dalam kitab al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qur’ān. Data primer yang digunakan sebagai kajian analisis yakni kitab tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim penyusun Tafsir Kemenag RI secara efektif telah menerapkan metode munāsabah dengan memperhatikan konteks antar ayat baik sebelum maupun sesudahnya, sehingga meningkatkan kedalaman dan keandalan penafsiran Al-Qur’an. Tafsir Kemenag RI memadukan wawasan ilmiah modern dengan metode tafsir tradisional yang berbasis munāsabah, sehingga menghasilkan interpretasi yang lebih holistik dan kontekstual. Pola-pola munāsabah yang ditemukan mencakup hubungan antar kelompok ayat, antar surah, serta antar lafal dalam satu ayat. Pola ini sebagian besar sesuai dengan teori munasabah al-Zarkasyi, namun di sisi lain masih ada bentuk munāsabah yang tidak tercakup dalam teori tersebut. Penelitian ini menegaskan pentingnya hubungan antar-ayat dan antar-surah dalam penafsiran saintifik dan membuka peluang pengembangan riset dengan cakupan ayat saintifik lebih luas serta integrasi teori lain yang relevan.