Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Korelasi status gizi dan vaksinasi campak dengan kejadian diare pada balita usia 12-60 bulan di Puskesmas Rangkasbitung, Lebak Lisethio, Nathania; Atzmardina, Zita
Tarumanagara Medical Journal Vol. 7 No. 1 (2025): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v7i1.34121

Abstract

Diare, penyebab utama kematian pada balita di Indonesia, berkontribusi terhadap kejadian stunting dan malnutrisi. Anak-anak yang kekurangan gizi lebih rentan terhadap diare sehingga menciptakan lingkaran setan. Campak, yang dapat menyebabkan kehilangan protein akibat enteropati, juga menyebabkan diare. Salah satu cara mengurangi kejadian diare pada balita ialah vaksinasi campak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi, vaksinasi campak, dan kejadian diare pada balita usia 12-60 bulan di Puskesmas Rangkasbitung. Studi potong lintang ini melibatkan 194 balita dan ibu balita yang mengikuti Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Posyandu di Puskesmas Rangkasbitung. Subjek dipilih secara aksidental sampling pada bulan Januari - Februari 2024. Kejadian diare dan status vaksinasi campak dinilai melalui kuesioner, sedangkan pengukuran antropometri dilakukan untuk menilai status gizi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Sebesar 34,8% balita mengalami diare baik pada saat pengambilan data maupun pada bulan sebelumnya; 22,2% balita teridentifikasi mengalami stunting; 17,7% belum divaksin campak. Pada studi ditemukan korelasi yang signifikan antara status gizi dengan kejadian diare, di mana nilai PRR = 2,86; 95% CI = 1,583 - 3,735; P < 0,0001. Korelasi yang signifikan juga terdapat antara status vaksinasi campak dengan kejadian diare dengan nilai PRR = 2,33; 95% CI = 1,299 - 3,736; P < 0,0001. Status gizi yang kurang/buruk dan tidak diberikannya vaksin campak merupkan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian diare pada balita.