Fenomena penindasan terhadap manusia seringkali disebabkan oleh faktor asal keturunan, ras, jenis kelamin, warna kulit, kekayaan, dan kekuasaan. Teologi pembebasan Hanafi membawa cara pandang baru terhadap realitas kehidupan manusia yang lebih humanis. Hassan Hanafi ingin membawa Islam kembali pada hakekat yang sebenarnya yaitu sebagai agama pembebasan yang peduli dan responsif terhadap permasalahan-permasalahan yang menyangkut tentang kemanusiaan. Pemikiran Hassan Hanafi mengenai teologi pembebasan berlandaskan pada ajaran Tauhid yang merupakan ajaran paling inti dalam Islam. Ajaran Tauhid menempatkan manusia pada derajat yang sama, ia menolak segala bentuk diskriminasi terhadap manusia berdasarkan asal keturunan, ras, warna kulit, jenis kelamin, kekayaan, dan kekuasaan. Akan tetapi pada tatanan realitas kehidupan nyatanya berbeda, masih saja seringkali terjadi penindasan, eksploitasi, dan ketidakadilan yang diiringi diskriminasi berdasarkan asal keturunan, ras, jenis kelamin, kekayaan, dan kekuasaan. Sehingga perlu adanya perjuangan sosial yang dapat membebaskan manusia dari penindasan-penindasan tersebut. Dan pandangan teologi pembebasan memiliki corak yang humanis karena penuh empati kemanusiaan. Sebagaimana ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin dimana Allah mengutus manusia untuk membawa rahmat, keselamatan, kasih sayang bagi seluruh alam. Sehingga ajaran atau teologi pembebasan memiliki tujuan atau visi yang sama dengan Al-Qur’an dan cita-cita kemanusiaan untuk keadilan dan menyelamatkan manusia dari segala bentuk penindasan, eksploitasi, dan ketidakadilan yang terjadi di dunia ini. Tulisan ini menggunakan teknik Library Research atau studi kepustakaan untuk memperoleh sumber-sumber datanya.