Rendahnya keterampilan komunikasi verbal pada anak usia dini sering disebabkan oleh kurangnya metode pembelajaran yang menarik dan interaktif, sehingga anak kurang termotivasi untuk berbicara. Suasana pembelajaran yang monoton membuat anak sulit merespons, menyampaikan ide, atau berpartisipasi aktif. Ice breaking dapat menjadi solusi untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan mengurangi keterlambatan komunikasi verbal pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ice breaking terhadap keterampilan komunikasi verbal anak, mengeksplorasi proses penerapannya dalam kegiatan pembelajaran, serta mengidentifikasi strategi yang efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Tahapan penelitian meliputi perancangan, pelaksanaan, pengumpulan data dan analisis data. Objek penelitian mencakup guru dan seluruh siswa di PAUD. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ice breaking secara rutin dapat meningkatkan keterampilan komunikasi verbal anak. Sebelum intervensi, 30% anak berani berbicara, 35% menguasai kosakata, dan 32% mampu menyusun kalimat. Setelah intervensi, angkanya meningkat menjadi 80%, 85%, dan 78%. Artinya, anak lebih percaya diri, memiliki kosakata lebih luas, dan mampu berbicara runtut. Partisipasi aktif naik dari 28% menjadi 82%, dan interaksi sosial dari 33% menjadi 88%, menunjukkan keterlibatan dan kemampuan berkomunikasi anak makin berkembang. Temuan ini menegaskan bahwa ice breaking efektif dalam mengembangkan komunikasi verbal anak usia dini.