Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis soft time pada komponen servo fuel heater engine CFM56-7B dengan menggunakan metode weibull: Analisis soft time pada komponen servo fuel heater engine CFM56-7B dengan menggunakan metode weibull Shoma Fauzia Asyruddin; Erna Shevilia; Cynthia Rahmaawati
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v3i2.101

Abstract

Servo Fuel Heater merupakan salah satu bagian dari fuel system yang memanfaatkan panas dari oil untuk memanaskan fuel. Terdapat 16 unschedule removal pada Servo Fuel Heater (SFH) selama satu periode 2021–2022 dengan Hard Time komponen 22.000 Flight Hours. Kebocoran komponen adalah alasan utama perbaikan darurat ini. Soft time adalah jenis perawatan yang penjadwalannya ditentukan seberapa sering terjadi unschedule removal selama periode satu tahun. Perawatan yang dilakukan ini adalah tindakan preventif yaitu tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan yang lebih parah, meskipun komponen belum mencapai batas usia pakai maksimal yang telah ditentukan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kehandalan dan mengetahui nilai soft time untuk perawatan preventif berikutnya. Metode yang digunakan penelitian ini adalah weibull dengan software minitab untuk mengetahui nilai kehandalan komponen tersebut. Nilai Mean Time To Failures (MTTF) yang didapat pada tahun 2021 adalah 20.018 Flight Hours dan pada tahun 2022 adalah 22.246,75 Flight Hours. Nilai MTTF pada tahun 2021 lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2022. Jadi, kehandalan pada komponen Servo Fuel Heater meningkat. Penentuan Preventive Maintenance untuk mencegah kegagalan, dilakukan pergantian pada komponen Servo Fuel Heater dilaksanakan Bersama setiap pemeriksaan D–Check dilakukan setiap 20.000 flight hours maka komponen dapat bertahan 77,1928%.
Analisis Operasional Bandara Berdasarkan Konfigurasi Terminal Penumpang untuk Peningkatan Kapasitas Bandara Studi Kasus Bandara Kalimarau Kanda Anantariyanto Alam Tasti; Mufti Arifin; Erna Shevilia
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v3i2.115

Abstract

Bandara Kalimarau merupakan gerbang utama transportasi udara di Kabupaten Berau dan berperan penting dalam mendukung sektor pariwisata, seperti Pulau Derawan, Pulau Kakaban, dan destinasi wisata lainnya. Bandara ini berlokasi di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Seiring meningkatnya jumlah penumpang, Pengembangan Terminal dan Apron menjadi kebutuhan mendesak agar kapasitas layanan tetap optimal. Penelitian ini menganalisis operasional bandara berdasarkan konfigurasi terminal penumpang menggunakan metode Typical Peak Hour Passenger (TPHP) untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah penumpang dalam 10 tahun ke depan. Data historis 2005–2022 digunakan sebagai dasar peramalan menggunakan metode persentase pertumbuhan penumpang sebesar 10,9% dengan perkiraan jumlah penumpang tahun 2033 sebanyak 1.243.266 penumpang dengan menggunakan metode Typical Peak Hour Passenger (TPHP) yang ditetapkan FAA. Hasil proyeksi menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah penumpang, sehingga diperlukan optimalisasi kapasitas terminal melalui penambahan fasilitas tanpa mengubah struktur utama bangunan. Selain itu, perluasan apron juga menjadi solusi untuk menampung peningkatan jumlah pergerakan pesawat. Dengan mengacu pada ICAO Annex 14, luas apron yang diperlukan pada tahun 2033 diproyeksikan mencapai lebar 9.975 m² dan Panjang 255,73 m2 untuk memastikan kelancaran operasional bandara. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi pengembangan Bandara Kalimarau guna mendukung pertumbuhan pariwisata dan meningkatkan kualitas layanan transportasi udara.   Kalimarau Airport is the main gateway for air transportation in Berau Regency and plays an important role in supporting the tourism sector, such as Derawan Island, Kakaban Island, and other tourist destinations. This airport is located in Berau Regency, East Kalimantan Province. As the number of passengers increases, Terminal and Apron Development becomes an urgent need so that service capacity remains optimal. This study analyzes airport operations based on the configuration of the passenger terminal using the method Typical Peak Hour Passenger (TPHP) to anticipate the growth in the number of passengers in the next 10 years. Historical data from 2005–2022 is used as the basis for forecasting using the passenger growth percentage method of 10,9% with an estimated number of passengers in 2033 of 1,243,266 passengers using the method Typical Peak Hour Passenger (TPHP) set by the FAA. The projection results show a significant increase in the number of passengers, so it is necessary to optimize terminal capacity by adding facilities without changing the main structure of the building. In addition, expanding the apron is also a solution to accommodate the increasing number of aircraft movements. Referring to ICAO Annex 14, the apron area required in 2033 is projected to reach a width of 9,975 m² and a length of 255.73 m2 to ensure smooth airport operations. This research is expected to be a reference for the development of Kalimarau Airport to support tourism growth and improve the quality of air transportation services.
Analisis Fuel Leak Repetitive Problem Pada Pesawat Boeing 737 di Maskapai ABC Ahmad Al Muhraj; Mufti Arifin; Erna Shevilia
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v3i1.122

Abstract

Masalah kebocoran bahan bakar pada mesin pesawat merupakan aspek krusial dalam menjaga keselamatan penerbangan dan efisiensi operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab dan dampak kebocoran bahan bakar yang terjadi secara berulang, serta memberikan solusi untuk mengurangi frekuensi dan dampak kebocoran tersebut. Metodologi penelitian yang digunakan mencakup pengumpulan data dari insiden sebelumnya, termasuk data pilot report Maskapai ABC tahun 2018-2020, menganalisis penyebab akar masalah, serta simulasi kondisi operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola dan faktor yang berkontribusi terhadap masalah kebocoran. Dengan ini, keselamatan penerbangan dapat ditingkatkan dan kebocoran bahan bakar dapat diminimalisirkan. Dari hasil penelitian, ditemukan enam registrasi pesawat yang mengalami kebocoran bahan bakar berulang, salah satunya mengalami kebocoran bahan bakar berulang sebanyak tiga kali. Kebocoran tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu keausan material, kesalahan dalam proses pemasangan, dan tidak adanya tindakan permanen. Adapun langkah-langkah yang dapat meminimalisir terjadinya kebocoran bahan bakar berulang seperti, melakukan inspeksi lebih sering pada komponen sistem bahan bakar, dan melakukan penggantian komponen berdasarkan rekomendasi pabrikan atau interval waktu yang sesuai meskipun komponen tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.   The issue of fuel leaks in aircraft engines is a critical aspect of ensuring flight safety and operational efficiency. This thesis aims to analyze the causes and impacts of recurring fuel leaks, as well as provide solutions to reduce the frequency and impact of these leaks. The research methodology includes data collection from previous incidents, including pilot reports from ABC Airlines between 2018 and 2020, analyzing the root causes of the issues, and simulating operational conditions. It is hoped that this study will identify patterns and factors contributing to the fuel leak problems. In turn, this will contribute to improving flight safety and minimizing fuel leaks. The research findings identified six aircraft registrations that experienced recurring fuel leaks, one of which had repeated fuel leaks three times. These leaks were caused by various factors, including material wear, installation errors, and the lack of permanent corrective actions. Steps to minimize recurring fuel leaks include more frequent inspections of the fuel system components and replacing components according to manufacturer recommendations or suitable time intervals, even if the components show no signs of damage.
Analisis Jangkauan Maksimum Pesawat Airbus A330-300 dan Boeing 777-300 Dari Bandara Dhoho Kediri Untuk Penerbangan Komersial Dikayevsky, Muhammad Djody; Erna Shevilia; Ade Julizar
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v4i1.128

Abstract

Penerbangan komersial merupakan salah satu elemen vital dalam infrastruktur transportasi modern yang mendukung hubungan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pesawat komersial seperti Airbus A330-300 dan Boeing 777-300 adalah dua jenis pesawat berbadan lebar yang sering digunakan dalam penerbangan jarak jauh. Menentukan jangkauan maksimum Pesawat Airbus A330-300 dan Boeing 777-300 dari Bandara Dhoho Kediri sangat diperlukan sebagai studi kasus. Jarak jangkauan maksimum pesawat Airbus A330-300 dari Bandara Dhoho Kediri dengan MTOW 242.000 kg dan fuel 69.886 kg adalah 4.760 nm. Dengan penumpang sebanyak 440, berat cargo 20 kg per penumpang, dan berat cabin bagasi 7 kg per penumpang. Jarak jangkauan maksimum pesawat Boeing 777-300 dari Bandara Dhoho Kediri dengan ATOW 281.901 kg dan fuel 84.421 kg adalah 4.125,2 nm. Dengan penumpang sebanyak 368, berat cargo 20 kg per penumpang, dan berat cabin bagasi 7 kg per penumpang.adalah 4.125,2 nm. Berdasarkan hasil perhitungan jangkauan maksimum pesawat Airbus A330-300 dan pesawat Boeing 777-300, pesawat yang dapat mencapai ke Jeddah untuk ibadah Umrah atau Haji yaitu pesawat Airbus A330-300 dengan jarak jangkauan maksimum 4.760 nm. Sedangkan untuk pesawat Boeing 777-300 dengan jarak jangkauan maksimum 4.125,2 nm, dapat mencapai Bandara Internasional Aden, Yaman. Selisih jarak jangkauan pesawat Airbus A330-300 dengan Boeing 777-300 adalah 634,8 nm.   Commercial aviation is a vital element of modern transportation infrastructure that supports global connectivity and regional economic growth. Aircraft like the Airbus A330-300 and Boeing 777-300 are types of wide-body aircraft commonly used for long-haul flights. Determining the maximum range of the Airbus A330-300 and Boeing 777-300 from Dhoho Kediri Airport is essential for this case study. The maximum range of the Airbus A330-300 from Dhoho Kediri Airport, with an MTOW of 242,000 kg and fuel capacity of 69,886 kg, is 4,760 nm. It accommodates 440 passengers, with 20 kg of cargo per passenger and 7 kg of cabin baggage per passenger. The maximum range of the Boeing 777-300 from Dhoho Kediri Airport, with an ATOW of 281,901 kg and fuel capacity of 84,421 kg, is 4,125.2 nm. It accommodates 368 passengers, with 20 kg of cargo per passenger and 7 kg of cabin baggage per passenger Based on the maximum range calculations, the Airbus A330-300, with a maximum range of 4,760 nm, can reach Jeddah for Umrah or Hajj. Meanwhile, the Boeing 777-300, with a maximum range of 4,125.2 nm, can reach Aden International Airport, Yemen. The range difference between the Airbus A330-300 and the Boeing 777-300 is 634.8 nm.