Penelitian ini membahas peran atraksi wisata dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas wisatawan serta membandingkan model pengembangan wisata edukasi di dua destinasi berbeda, yaitu Museum Pendidikan dengan Kalimas dan Museum Susu Cimory Dairyland Prigen. beserta destinasi pendukungnya. Fokus utama penelitian adalah mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pendekatan dalam pengembangan wisata berbasis edukasi. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan Teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam dengan pengelola destinasi dan pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Museum Pendidikan menerapkan model edukasi yang fokus pada kebijakan Pendidikan dan pembelajaran berbasis konteks. Sedangkan, Museum Susu Cimory memadukan atraksi interaktif dengan dukungan destinasi lain untuk menciptakan pengalaman berwisata yang interaktif, diperkuat dengan keberadaan destinasi pendukung seperti peternakan, restoran, dan toko oleh-oleh. Perbedaan pendekatan tersebut mencerminkan strategi pengembangan yang telah disesuaikan dengan karakteristik masing-masing destinasi, baik dari segi konsep, sasaran pengunjung, ataupun potensi lokal yang dimiliki. Museum Pendidikan menekankan nilai-nilai edukasi formal, sedangkan Museum Susu Cimory menggabungkan edukasi ringan dengan hiburan dalam pengalaman yang menyenangkan dan menarik. Temuan ini menegaskan pentingnya pengelolaan atraksi yang inovatif, kreatif, serta adaptif untuk meningkatkan daya saing destinasi. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penerapan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, peningkatan kualitas fasilitas edukatif, serta integrasi antara aspek hiburan dan pembelajaran agar wisata edukasi semakin menarik dan bermakna.