Kota Surabaya merupakan salah satu wilayah perkotaan di Indonesia yang menghadapi risiko banjir cukup tinggi, meskipun telah mengadopsi pendekatan smart city dalam penanggulangan bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan konsep smart city partisipatif telah diimplementasikan dalam manajemen bencana banjir. Fokus analisis diarahkan pada dua aspek utama, yaitu kematangan teknologi dan tingkat keterlibatan masyarakat. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam kepada pemangku kepentingan yang dipilih berdasarkan kerangka Pentahelix. Data dianalisis menggunakan metode content analysis dan pemetaan posisi berdasarkan model Smart Sustainable City Maturity dan Ladder of Participation. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dari sisi teknologi, Surabaya baru mencapai tahap awal pengembangan, ditandai dengan pemanfaatan infrastruktur digital yang belum terintegrasi dan keterbatasan sistem peringatan dini berbasis aplikasi. Beberapa perangkat seperti pompa otomatis dan sensor ketinggian air telah digunakan, namun belum didukung oleh sistem informasi yang dapat diakses publik secara luas. Di sisi lain, partisipasi masyarakat menunjukkan dinamika yang cukup progresif, terutama dalam pemeliharaan infrastruktur dan edukasi bencana, meskipun pelibatan dalam proses perencanaan formal masih bersifat konsultatif. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat ketimpangan antara kemajuan teknologi dan pemberdayaan masyarakat dalam sistem manajemen banjir berbasis smart city di Surabaya. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang menyelaraskan inovasi digital dengan peningkatan kapasitas dan peran aktif masyarakat. Penguatan sistem informasi yang terintegrasi serta pelibatan komunitas secara lebih inklusif merupakan langkah krusial menuju tata kelola risiko banjir yang adaptif dan kolaboratif.