Masa remaja ditandai dengan perubahan fisiologis termasuk menarche, yang menjadi indikator awal pubertas. Dismenore, atau nyeri haid, merujuk pada gangguan menstruasi yang sering dialami remaja putri serta bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari. Tingginya angka kejadian dismenore di Indonesia menjadi perhatian, dengan prevalensi mencapai lebih dari 60%. Beberapa faktor seperti asupan zat besi dan aktivitas fisik diketahui berhubungan dengan tingkat keparahan dismenore. Tujuan dijalankannya penelitian ini ialah guna menganalisis korelasi diantara asupan zat besi dan aktivitas fisik dengan derajat dismenore pada siswi SMKN 4 Surakarta. Desain penelitian yang dimanfaatkan penggunaannya ialah observasional berpendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMKN 4 Surakarta dan sampelnya sejumlah 57 siswi. Pengambilan sampel dilakukan melalui metode simple random sampling. Data asupan zat besi dilakukan melalui penggunaan formulir Food Frequency Questionnaire Semi Quantitative (SQ-FFQ) dalam 1 bulan terakhir, data aktivitas fisik didapat dengan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), dan data derajat dismenore didapatkan dengan kuesioner WaLIDD Score. Analisis data yang dimanfaatkan penggunaannya ialah uji Chi Square. Temuan memperlihatkan sebanyak 93% siswi mengalami dismenore. Sebanyak 66,7% siswi mempunyai asupan zat besi kurang. Dengan besaran 61,4% siswi dengan aktivitas fisik tidak berat. Hasil analisis statistik pada asupan zat besi dengan derajat dismenore mendapatkan nilai p-value=0,01 dan aktivitas fisik dengan derajat dismenore mendapatkan nilai p-value=0,63. Terdapat korelasi yang signifikan diantara asupan zat besi dengan derajat dismenore. Namun, tidak didapati korelasi yang signifikan diantara aktivitas fisik dengan derajat dismenore di SMKN 4 Surakarta.