Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Hubungan Motivasi Diri dan Pengetahuan Gizi terhadap Kepatuhan Diet DM pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di RSUD Karanganyar Risti, Khairunnisa Nadya; Isnaeni, Farida Nur
Jurnal Kesehatan Vol 10, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jurkes.v10i2.5538

Abstract

Faktor pendukung keberhasilan menjalankan terapi diet bagi penderita diabetes mellitus yaitu motivasi diri dan pengetahuan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi diri dan pengetahuan gizi terhadap kepatuhan diet DM pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Jumlah subjek sebanyak 52 responden yang diperoleh dengan cara accidental sampling. Data motivasi diri, pengetahuan gizi, dan kepatuhan diet didapatkan dari hasil kuesioner. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square. Sebagian besar responden memiliki motivasi diri baik (51,7%), memiliki pengetahuan gizi baik (48,1%), dan patuh menjalankan diet (57,7%). Ada hubungan antara motivasi diri dengan kepatuhan diet DM pada pasien DM tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar, dengan nilai p=0,002 (OR= 6,222; 95% CI= 1,836-21,090). Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet DM pada pasien DM tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar, dengan nilai p=0,376 (OR= 1,651; 95% CI= 0,543-5,020).
Hubungan Asupan Makanan Indeks Glikemik Tinggi dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Rawat Jalan di RSUD Karanganyar Mayawati, Hernie; Isnaeni, Farida Nur
Jurnal Kesehatan Vol 10, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jurkes.v10i1.5495

Abstract

Asupan makanan dengan indeks glikemik tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Selain itu aktivitas fisik juga dapat mengubah glukosa menjadi energi, sehingga ringan atau beratnya aktivitas fisik dapat berpengaruh pada kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan indeks glikemik tinggi dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian yang digunakan adalah 52 pasien DM Tipe II yang berusia 40-65 tahun. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data asupan makanan indeks glikemik tinggi diperoleh melalui teknik Semi Quantitatif Food Frequency Quesionnare (SQFFQ). Data aktivitas fisik menggunakan Form Recall 24 jam untuk mengetahui nilai PAL. Data kadar glukosa darah diperoleh dari catatan rekam medis RSUD Karanganyar. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mamiliki asupan makanan indeks glikemik tinggi yang rendah (65,4%), aktivitas fisik yang ringan (78,8%), dan kadar glukosa darah yang tinggi (69,2%). Responden dengan asupan indeks glikemik tinggi yang rendah cenderung memiliki kadar glukosa darah tinggi 64,7% (p= 0,276). Responden dengan aktivitas fisik ringan cenderung memiliki kadar glukosa darah tinggi 78%?? (p= 0,127). Tidak ada hubungan antara asupan makanan indeks glikemik tinggi dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar.
Edukasi Pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Berbasis Media Pembelajaran Flipchart M Mutalazimah; Farida Nur Isnaeni; Nur Lathifah Mardiyati; Khoirina Ngizzati Pujiani; Sintya Bella Pratiwi
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 4, Oktober 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v24i4.15193

Abstract

Kekurangan yodium masih menjadi permasalahan gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka total goiter rate (TGR) lebih dari batas maksimal yang ditetapkan WHO sebesar 5%. Selain menggencarkan program Universal Salt Iodized (USI), pencegahan kekurangan yodium harus didukung oleh program edukasi yang bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Dusun Belik, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak Boyolali ini bertujuan memberikan edukasi dan memberikan media flipchart mengenai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dengan sasaran kader posyandu dan wanita usia subur (WUS). Selain lebih efektif dan informatif, flipchart mempunyai keunggulan dapat digunakan untuk penyuluhan massal dan lebih mengintensifkan interaksi edukator dengan sasaran karena terdapat penjelasan di setiap lembar materinya. Flipchart yang digunakan pada kegiatan ini teridiri dari 10 halaman bolak balik (halaman depan berisi materi/gambar dan halaman sebaliknya berisi keterangan penjelasan). Ukuran flipchart ada 2 yakni 50 cm x 70 cm, untuk edukasi pada kader posyandu dan 30 x 48 cm untuk konseling home visite pada WUS. Flipchart dilengkapi dengan papan sandar dan segitiga penyangga (tripod) yang memudahkan penempatan media. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa ada peningkatan rata-rata pengetahuan mengenai GAKY sebelum diberikan edukasi (50,96) dan setelah diberikan edukasi (77,25). Edukasi mengenai GAKY perlu terus diupayakan secara berkesinambungan dalam rangka mewujudkan perbaikan status gizi dan peningkatan derajat kesehatan.
Hubungan Asupan Makanan Indeks Glikemik Tinggi dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Rawat Jalan di RSUD Karanganyar Hernie Mayawati; Farida Nur Isnaeni
Jurnal Kesehatan Vol 10, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v10i1.5495

Abstract

Asupan makanan dengan indeks glikemik tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Selain itu aktivitas fisik juga dapat mengubah glukosa menjadi energi, sehingga ringan atau beratnya aktivitas fisik dapat berpengaruh pada kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan indeks glikemik tinggi dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian yang digunakan adalah 52 pasien DM Tipe II yang berusia 40-65 tahun. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data asupan makanan indeks glikemik tinggi diperoleh melalui teknik Semi Quantitatif Food Frequency Quesionnare (SQFFQ). Data aktivitas fisik menggunakan Form Recall 24 jam untuk mengetahui nilai PAL. Data kadar glukosa darah diperoleh dari catatan rekam medis RSUD Karanganyar. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mamiliki asupan makanan indeks glikemik tinggi yang rendah (65,4%), aktivitas fisik yang ringan (78,8%), dan kadar glukosa darah yang tinggi (69,2%). Responden dengan asupan indeks glikemik tinggi yang rendah cenderung memiliki kadar glukosa darah tinggi 64,7% (p= 0,276). Responden dengan aktivitas fisik ringan cenderung memiliki kadar glukosa darah tinggi 78%   (p= 0,127). Tidak ada hubungan antara asupan makanan indeks glikemik tinggi dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar.
Hubungan Motivasi Diri dan Pengetahuan Gizi terhadap Kepatuhan Diet DM pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di RSUD Karanganyar Khairunnisa Nadya Risti; Farida Nur Isnaeni
Jurnal Kesehatan Vol 10, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v10i2.5538

Abstract

Faktor pendukung keberhasilan menjalankan terapi diet bagi penderita diabetes mellitus yaitu motivasi diri dan pengetahuan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi diri dan pengetahuan gizi terhadap kepatuhan diet DM pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Jumlah subjek sebanyak 52 responden yang diperoleh dengan cara accidental sampling. Data motivasi diri, pengetahuan gizi, dan kepatuhan diet didapatkan dari hasil kuesioner. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square. Sebagian besar responden memiliki motivasi diri baik (51,7%), memiliki pengetahuan gizi baik (48,1%), dan patuh menjalankan diet (57,7%). Ada hubungan antara motivasi diri dengan kepatuhan diet DM pada pasien DM tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar, dengan nilai p=0,002 (OR= 6,222; 95% CI= 1,836-21,090). Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet DM pada pasien DM tipe II rawat jalan di RSUD Karanganyar, dengan nilai p=0,376 (OR= 1,651; 95% CI= 0,543-5,020).
The Correlation Between Nutritional Status with Hypertension Cases of Elderly Women in Central Java Province Wiwik Wuandari; Farida Nur Isnaeni; Dyah Intan Puspitasari; Nur Lathifah Mardiyati
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 15th University Research Colloquium 2022: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.295 KB)

Abstract

Hypertension is still the highest problem in non-communicable diseases (NCD) in Indonesia and has increased cases from previous years. One of the factors that cause hypertension is nutritional status. Objective: This study aimed to find the correlation between nutritional status and hypertension cases of elderly women in Central Java Province. Methodology: This is an observational study with cross-sectional design using secondary data. Nutritional and hypertension status in Central Java Province was derived from Baseline Health Research 2018. A total of 994 Central Java residents aged 55-64 years were used. Hypertension status was obtained from the average of three measurements of systolic/diastolic blood pressure and nutritional status according to BMI obtained from the body weight and height measurement. The chi square test with a 95% confidence level were used to analyzed the data. Results: Most of the respondents was elderly (55-59 years old) (56%), working (65.6%), had normal nutritional status (43.1%) and had hypertension (66.2%). There was a significant correlation between nutritional and hypertension status of elderly women in Central Java Province (p = 0.000). Conclusion: Nutritional status is one of the factors contributing in the insidence of hypertension. Therefore, health program in improving nutritional status is needed in order to reduce the prevalence of hypertension.
Pelatihan Estimasi Tinggi Badan untuk Anak Tuna Daksa bagi Fisioterapis di Pediatric Neurodevelopmental Therapy Centre (PNTC) Colomadu, Jawa Tengah Nur Lathifah Mardiyati; Mutalazimah Mutalazimah; Farida Nur Isnaeni; Dyah Intan Puspitasari; Luluk Ria Rakhma; Norma Diena Amalia; Niken Asih Pangastuti; Wachid Yahya
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 3 No 2 (2023): JAMSI - Maret 2023
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.653

Abstract

Anak Cerebral Palsy (CP) jarang dipantau pertumbuhannya karena kesulitan dalam pengukuran tinggi badan karena pengukuran ini idealnya dilakukan dengan posisi berdiri. Hal ini akan membahayakan kondisi anak karena pertumbuhannya semakin tidak terpantau. Pediatric Neurodevelopmental Therapy Centre (PNTC) memberikan layanan terapi bagi anak yang memiliki gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Setiap bulannya, pusat terapi ini melayani sekitar 370 kunjungan terapi dari + 30 pasien. Selama ini pengukuran tinggi badan hanya dilakukan pada pasien yang bisa berdiri secara mandiri. Pengukuran tinggi badan pada kondisi yang tidak memungkinkan bisa digantikan dengan estimasi tinggi badan dengan pengukuran segmental. Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan dan media edukasi berupa booklet mengenai cara pengukuran estimasi tinggi badan pada anak tuna daksa bagi fisioterapis di PNTC Colomadu. Pelatihan ini sangat membantu para fisioterapis anak karena belum pernah ada sebelumnya. Penggunaan booklet sangat membantu seluruh fisioterapis (100%) dalam memahami materi karena dilengkapi dengan gambar berwarna ketika melakukan pengukuran, cara pengukuran, rumus estimasi tinggi badan serta dapat dibuka lagi di lain waktu setelah materi disampaikan.
PENINGKATAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN SINDROM METABOLIK MELALUI PEMANFAATAN TANAMAN ROSELLA PADA LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS SETABELAN SURAKARTA DI MASSA COVID-19 Dwi Sarbini; Farida Nur Isnaeni; Winda Wahyu Pratiwi; Dinda Agustin Sandra; Selfahyasa Raharjo; Izzatul Fajriyah; Tafara Fikrama Depriasa
GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2023): NOPEMBER
Publisher : P3M Universitas Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30787/gemassika.v2i2.1093

Abstract

The elderly is a process in life that is characterized by a decrease in one's body function to maintain balance against physiological stress conditions. The decline in health in the elderly is most often caused by non-communicable diseases. One of the non-communicable diseases is metabolic syndrome. Metabolic syndrome is a metabolic disorder that originates from a collection of various diseases such as cardiovascular disease, stroke, central obesity, impaired glucose tolerance, and dyslipidemia which may develop into diabetes. Rosella flowers have the benefit of lowering blood pressure, HbA1c, and other factors that cause metabolic syndrome because they contain organic acids, anthocyanins and flavonoids. The main problem faced by partners is the ignorance of the elderly to prevent complications of cardiovascular disease so that it becomes metabolic syndrome. This limitation causes the eating behavior of the elderly to often pay no attention to the type of food that can increase the risk of hypertension, obesity, and diabetes mellitus. Community service activities are carried out at the Waras Mulyo Posbindu in the Setabelan Health Center work area in October 2022 in Setabelan Village, Banjarsari District, Surakarta City. There were 20 elderly who took part in Posbindu Waras Mulyo. Held from 13.00-14.00. The results of the pretest and posttest were compared to find out if there was an increase in knowledge among the elderly. Based on the comparison results, it was found that 20 elderly people (100%) had increased knowledge. Increased knowledge of the elderly about understanding, risk factors, signs and symptoms, and how to prevent them. Keywords: Elderly; Metabolic Syndrome; Knowledge; Rosella.
Pola Tidur, Status Gizi dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta Sari, Junjung Adita; Isnaeni, Farida Nur
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Siapa pun yang terdaftar di pendidikan pasca sekolah menengah universitas, institut, sekolah menengah atas, akademi, dan politeknik dianggap sebagai Mahasiswa. Kegiatan mahasiswa yang cukup banyak seperti padatnya perkuliahan, ujian dan kegiatan diluar perkuliahan (organisasi kampus maupun luar kampus) Efeknya pada kualitas tidur dan kebiasaan makan yang tidak teratur, yang memengaruhi kinerja akademik dan kesehatan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara status gizi, prestasi akademik dengan pola tidur pada mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan yaitu analisis observasional dengan metode desain penelitian cross sectional. Sebanyak 142 mahasiswa dijadikan sebagai sampel penelitian. Data diambil menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), mengukur tinggi badan dengan microtoise, berat badan dengan timbangan dan prestasi akademik diambil dari IPK keseluruhan. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman di SPSS. Nilai P 0,040 (p <0,05) ditemukan dalam pemeriksaan hubungan antara pola tidur dan status gizi, dan nilai p 0,197 (p> 0,05) ditemukan dalam hubungan antara pola tidur dan prestasi. Penelitian ini menemukan bahwa pola tidur dan status gizi sangat berkorelasi, tetapi tidak ada hubungan antara pola tidur dan prestasi akademik.
Iodine and goitrogens intakes among menopausal women in calcareous region Mutalazimah, Mutalazimah; Mardiyati, Nur Lathifah; Isnaeni, Farida Nur; Puspitasari, Dyah Intan
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 14, No 1: March 2025
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v14i1.24655

Abstract

Wonogiri Regency, Indonesia, is a calcareous mountainous region which has limitations in terms of iodine content in soil and water. Kismantoro is one of the Sub-districts in the regency with severe iodine deficiency. This condition is related to the intake of iodine and factors that inhibit the intake of iodine such as goitrogens. This causal-comparative study was conducted to determine the difference of iodine and goitrogenic foods intakes among menopausal women in Kismantoro Sub-district. A total of 307 menopausal women were taken randomly. Iodine intake as well as goitrogens were measured using the semi quantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ). There was no difference in the percentage of recommended dietary allowance (RDA) for iodine intake (p=0.857) and goitrogens intake (p=0.084) among the menopausal women, but there were differences in energy, protein, carbohydrate, and fat intake (p<0.001) respectively. In addition, the prevalence of goiter was 10.4% which did not differ in the premenopausal, perimenopausal and postmenopausal groups (p=0.227). However, it was found that most menopausal women had insufficient iodine intake (71.3%) and frequent goitrogenic foods intake (68.7%). Thus, a synergistic manner between stakeholders is still needed to improve the variation of iodine food sources while consume less goitrogens in the area.