This research examines paradigmatic transformation in Christian education through the implementation of friendship spirituality as a response to the dichotomy between academic achievement and holistic character formation. Employing interpretive qualitative methodology with a theological hermeneutical approach to John 15:12-15, this study analyzes the relational construction between cognitive, affective, and spiritual dimensions in contemporary Christian education. Research findings suggest that spirituality of friendship, rooted in the concepts of philia and agape within the Johannine tradition, offers a theoretical framework for holistic pedagogical transformation. The implementation of friendship spirituality through virtue ethics-based character education, dialogical collaborative learning, the internalization of transformative service values, and the creation of inclusive learning communities can lead to integral Christian education. Results indicate that this approach is capable of forming students who possess intellectual competence, moral integrity, mature spirituality, and high social sensitivity within the context of a plural society. Abstrak Penelitian ini mengkaji transformasi paradigmatik dalam pendidikan Kristiani melalui implementasi spiritualitas persahabatan sebagai respons terhadap dikotomi antara pencapaian akademik dan pembentukan karakter holistik. Melalui metodologi kualitatif interpretatif dengan pendekatan hermeneutik teologis terhadap perikop Yohanes 15:12-15, penelitian ini menganalisis konstruksi relasional antara dimensi kognitif, afektif, dan spiritual dalam pendidikan Kristiani kontemporer. Temuan penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas persahabatan yang berfundasi pada konsep philia dan agape dalam tradisi Johannine memberikan kerangka teoritis bagi transformasi pedagogis yang holistik. Implementasi spiritualitas persahabatan melalui pendidikan karakter berbasis virtue ethics, pembelajaran kolaboratif dialogis, internalisasi nilai-nilai pelayanan transformatif, dan penciptaan komunitas belajar inklusif dapat merealisasikan pendidikan Kristiani yang integral. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pendekatan ini mampu membentuk peserta didik yang memiliki kompetensi intelektual, integritas moral, spiritualitas yang matang, serta sensitivitas sosial yang tinggi dalam konteks masyarakat plural.