Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Memahami dan Menerapkan Prinsip Kepemimpinan Orang Muda Menurut 1 Timotius 4:12 bagi Mahasiswa Teologi Samarenna, Desti; Siahaan, Harls Evan R.
BIA Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.49 KB) | DOI: 10.34307/b.v2i1.60

Abstract

Leadership is mostly required in church management. There are many leadership characteristics in the Bible that can be used as leadership patterns in the church. This article is a literature study with a qualitative approach to the text of 1 Timothy 4:12 concerning the leadership of a young person, which aims to encourage students to understand and apply the pattern of leadership referred to in the text of 1 Timothy 4:12. The method used is descriptive analysis in the text of 1 Timothy 4:12, to provide a clear picture and understanding of the principles of the leadership of young people. In addition, descriptive methods are also used to determine students' understanding of the principles of leadership according to the text, as well as the level of application in life and service. In conclusion, students understand the principle of leadership in 1 Timothy 4:12, which is about giving an example, but not all students are ready and able to do it.AbstrakKepemimpinan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam manajemen gereja. Ada banyak karakteristik kepemimpinan dalam Alkitab yang dapat dijadikan pola kepemimpinan dalam gereja. Artikel ini merupakan kajian literatur dengan pendekatan kualitatif terhadap teks 1 Timotius 4:12 tentang kepemimpinan seorang muda, yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa memahami dan menerapkan pola kepemimpianan yang disebut dalam teks 1 Timotius 4:12 tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif analasis pada teks 1 Timotius 4:12, untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas tentang prinsip kepemimpinan orang muda. Selain itu, metode deskriptif juga digunakan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa tentang prinsip kepemimpinan menurut teks tersebut, serta tingkat penerapannya dalam kehidupan dan pelayanannya. Kesimpulannya, mahasiswa memahami prinsip kepemimpinan dalam 1 Timotius 4:12, yaitu tentang memberikan teladan, namun tidak semua mahasiswa siap dan mampu melakukannya.
Refleksi Konsep Proto Logos Lukas dalam Membangun dan Meningkatkan Kegiatan Publikasi Ilmiah di Lingkungan Sekolah Tinggi Teologi Siahaan, Harls Evan R.
BIA Vol 1, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.239 KB) | DOI: 10.34307/b.v1i2.61

Abstract

The activity of scientific publication is an academic reflection in the field of higher education. This activity has been increasing significantly in the last two years, especially with the regulations of the ministry of research and higher education which regulated publishing research issues in the online journals. Theological College as a higher education under the Ministry of Religion is not immune to the effects of regulations concerning scientific journals. This article aimed to show a biblical reflection on building and improving scientific publications. By using a descriptive analysis method on the text of Luke 1:1-4, the conclusion obtained is that the writing process of the Gospel of Luke reflected the phases of scientific publication, so that it could become a theological reflection for theological colleges to carry out academic activities in building and improving publication activities through online journals.Abstrak: Kegiatan publikasi ilmiah merupakan sebuah refleksi aktivitas akademis di lingkungan sekolah-sekolah pendidikan tinggi. Kegiatan ini telah mengalami eskalasi yang siginifikan dalam dua tahun belakangan, terlebih lagi dengan munculnya peraturan kementrian riset dan pendidikan tinggi yang mengatur publikasi penelitian dalam bentuk jurnal online. Sekolah Tinggi Teologi sebagai pendidikan tinggi yang berada di bawah Kementrian Agama tidak luput dari imbas peraturan yang menyangkut jurnal ilmiah. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan sebuah refleksi biblikal untuk membangun serta meningkatkan publikasi ilmiah. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif pada teks Lukas 1:1-4, maka diperoleh kesimpulan bahwa proses penulisan Injil Lukas merefleksikan fase-fase publikasi ilmiah, sehingga hal ini menjadi sebuah refleksi teologis bagi Sekolah-sekolah Teologi untuk melakukan kegiatan akademis membangun dan meningkatkan kegiatan publikasi ilmiah melalui jurnal online.
Hospitalitas sebagai Virtue Kepemimpinan Gereja Siahaan, Harls Evan R.; Runtunuwu, Alfinny Jelie
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52220/magnum.v2i2.94

Abstract

Teologi hospitalitas mengajarkan bagaimana orang Kristen dapat mengasihi sesama dalam perbedaan. Kepemimpinan Kristiani sejatinya dapat mengakomodir keberagaman, tidak malah memelihara sikap diskriminatif. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbasis pada penggunaan literatur dengan metode deskriptif dan analisis tematik. Hasil kajian menunjukkan sikap hospitalitas mereduksi sikap-sikap diskriminatif. Kesimpulannya, kepemimpinan gereja harus memiliki virtue hospitalitas.
Rekonstruksi Misi Hospitalitas Gereja melalui Pembacaan Ulang Kisah Para Rasul 2:41-47 dalam Bingkai Moderasi Beragama di Indonesia Siahaan, Harls Evan R.; Hartono, Handreas; Tjiptosari, Yogi
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8, No 2: Juni 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v8i2.62

Abstract

Moderasi beragama menjadi salah satu tema yang sedang digalakkan di lingkungan Kementrian Agama Republik Indonesia; dalam rangka menghadapi berbagai kecenderungan negatif, disruptif, hingga destruktif, yang dibangun atas nama agama. Fundamentalisme, radikalisme, dan terorisme telah meningkat eskalasinya, sehingga membutuhkan penanganan yang serius dari berbagai pihak, termasuk kelompok Kristen. Sentimen kelompok menjadi ekses yang bertumbuh subur seiring polarisasi masyarakat yang juga dipengaruhi oleh praktik politik identitas. Sentimen itu tidak muncul secara instan, namun dapat disinyalir sebagai respon yang terakumulasi oleh, salah satunya, pola beragama yang sarat dengan nuansa kolonial dengan jargon evangelisasi di masa lalu. Pekabaran Injil telah meninggalkan jejak stigma kristenisasi, karena begitu sarat dengan semangat kolonialisme. Itu sebabnya, gereja perlu membangun sebuah konstruksi misi yang ramah dan anti-kolonial, melalui refleksi biblikal, atau pembacaan ulang nas kitab suci yang kerap digunakan sebagai dasar bermisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengonstruksi sebuah bentuk misi yang berbasis hospitalitas di kalangan kelompok Pentakostal dan Karismatik, melalui pembacaan ulang Kisah Para Rasul 2:41-47 dengan bingkai moderasi beragama di Indonesia. Penilitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif analisis interpretatif. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks Kisah Para Rasul 2:41-47, sebagai landasan konseptual misi hospitalitas, dengan membandingkannya terhadap konsep hospitalitas. Hasil rekonstruksi teks menunjukkan bahwa misi yang ditunjukkan melalui Kisah Para Rasul 2:41-47 merupakan misi hospitalitas. Kesimpulannya, Kekristenan perlu membangun doktrin misi yang hospitalitas sebagai bentuk moderasi beragama.
Tipologi Relasi Gereja dan Pemerintah Menurut Philip J. Wogaman: Konstruksi Teologi Publik Perspektif Pentakostal di Indonesia Hasiholan, Anggi Maringan; Siahaan, Harls Evan R.
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11, No 1: Desember 2024
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v11i1.91

Abstract

The typology of church and government relations proposed by Philip J. Wogaman provides a conceptual framework for understanding the levels of church engagement in the public sphere. This study explores how Pentecostal communities in Indonesia can actively participate in the socio-political arena without losing their theological identity. Through the seven levels of participation, the church can influence societal ethos, educate congregations, and even take more radical steps, such as civil disobedience. However, political neutrality for the sake of peace is not included in the levels of participation outlined by Wogaman. By integrating pneumatological values and public theology principles, Pentecostal churches hold significant potential to become social and spiritual transformation agents, addressing the challenges of religious pluralism, poverty, and social injustice in Indonesia. Abstrak Tipologi relasi gereja dan pemerintah menurut Philip J. Wogaman memberikan kerangka konseptual untuk memahami level keterlibatan gereja dalam ruang publik. Penelitian ini membahas bagaimana komunitas Pentakostal di Indonesia dapat berperan aktif dalam ranah sosial-politik tanpa kehilangan identitas teologisnya. Melalui tujuh tipologi partisipasi, gereja dapat memengaruhi etos masyarakat, mendidik jemaat, hingga mengambil langkah-langkah yang lebih radikal seperti pembangkangan sosial. Namun, netralitas politik demi perdamaian tidak termasuk dalam kategori partisipasi yang disebutkan oleh Wogaman. Dengan pendekatan yang mengintegrasikan nilai pneumatologis dan prinsip teologi publik, gereja Pentakostal memiliki potensi besar untuk menjadi agen transformasi sosial dan spiritual, menjawab tantangan pluralisme agama, kemiskinan, dan ketidakadilan sosial di Indonesia.
Bahasa Roh dan Spiritualitas Perikoresis dalam Peristiwa Pentakosta: Analisis Reinterpretatif Kisah Para Rasul 2:1-13 Siahaan, Harls Evan R.
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 2, No 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v2i2.60

Abstract

Speaking in tongues has been understood as a sign of the baptism of the Holy Spirit by the Pentecostal churches referring to the narrative of Acts 2:1-13. There is a negative tendency in articulating tongues as a sign of being fulfilled with the Holy Spirit. This is a qualitative study of literature using a descriptive reinterpretative analysis method, which aims to find the essentials in the baptism of the Holy Spirit through rereading the narrative of the Pentecost event. The results of the study found the spirituality of perichoresis in the event followed by the phenomenon of speaking in tongues. In conclusion, speaking in tongues which occurred in the event of Pentecost is a reflection of the spirituality of perichoresis of people being filled with the Holy Spirit.Abstrak Bahasa roh selama ini dipahami sebagai tanda baptisan Roh Kudus oleh kelompok Pentakostal mengacu pada narasi Kisah Para Rasul 2:1-13. Ada tendensi negatif dalam mengartikulasikan bahasa roh sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif literatur dengan metode deskripsi analisis reinterpretatif, yang bertujuan untuk menemukan hal esensial dalam baptisan Roh Kudus melalui pembacaan ulang narasi peristiwa Pentakosta. Hasil kajian mendapatkan spirtuallitas perikoresis dalam peristiwa yang diikuti fenomena bahasa roh tersebut. Kesimpulannya, bahasa roh dalam peristiwa Pentakosta merupakan refleksi spiritualitas perikoretik dipenuhi Roh Kudus.
Relasi persahabatan dalam kepemimpinan kristiani: Sebuah tawaran spiritualitas persahabatan dalam kepemimpinan kristiani melalui pembacaan Yohanes 15:15 Yudha, Andres Barata; Siahaan, Harls Evan R.; Sarlin, Serlina; Banne, Merien Sriyuni
KURIOS Vol. 11 No. 1: April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v10i3.1213

Abstract

This article examines the paradigm of friendship relations in Christian leadership based on a reading of John 15:15. Conventional Christian leadership is often identified with the servant leadership model inherited from Robert Greenleaf. Still, this hierarchical approach may limit transformative potential within Christian communities. Through interpretative and theological analysis of the concept of friendship expressed by Jesus in John 15:15, this research aims to develop a spirituality of friendship as an alternative leadership model. This study employs a qualitative approach with textual analysis and hermeneutical methods to explore the theological meaning of friendship in leadership. The findings indicate that friendship-based leadership models offer more egalitarian, participatory, and transformative relationships than top-down or servant leadership models, which still contain hierarchical elements. The spirituality of friendship in Christian leadership offers equality, openness, and collaboration that can empower the entire church community to grow together in love and service.   Abstrak Artikel ini mengkaji paradigma relasi persahabatan dalam kepemimpinan kristiani berdasarkan pembacaan Yohanes 15:15. Kepemimpinan kristiani konvensional sering diidentikkan dengan model servant leadership yang diwariskan oleh Robert Greenleaf, namun pendekatan yang terlalu hierarkis ini dapat membatasi potensi transformatif dalam komunitas Kristiani. Melalui analisis interpretatif dan teologis terhadap konsep persahabatan yang diungkapkan Yesus dalam Yohanes 15:15, penelitian ini bertujuan mengembangkan spiritualitas persahabatan sebagai model kepemimpinan alternatif. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis teks dan hermeneutika untuk mengeksplorasi makna teologis persahabatan dalam kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kepemimpinan berbasis persahabatan menawarkan relasi yang lebih egaliter, partisipatif, dan transformatif dibandingkan dengan model kepemimpinan top-down atau servant leadership yang masih mengandung unsur hierarkis. Spiritualitas persahabatan dalam kepemimpinan kristiani menawarkan kesetaraan, keterbukaan, dan kolaborasi yang dapat memberdayakan seluruh komunitas gereja untuk bertumbuh bersama dalam kasih dan pelayanan.
Koinonia sebagai Spiritualitas Persahabatan Lintas Iman: Sebuah Tawaran Konstruktif Teologi Kristen Siahaan, Harls Evan R.; Putri, Agustin Soewitomo; Pardede, Nurmalia; Sumakul, Nicolien Meggy
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11, No 2: Juni 2025
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v11i2.188

Abstract

This constructive theological study examines the potential of koinonia as a theological foundation for authentic interfaith spiritual friendship. This research demonstrates that koinonia has universal aspects rooted in the Trinity that can inform interfaith relationships while preserving the distinctiveness of Christian beliefs. This study employs a constructive theology methodology alongside a library research approach to analyze primary biblical sources and secondary scholarship from both classical and contemporary traditions. The research demonstrates that koinonia's ability to involve and transform people, primarily through the work of the Holy Spirit, facilitates an understanding of the Spirit's life-giving role even outside of church settings. Friendship spirituality, which serves as a mode of interfaith koinonia, offers deeper personal engagement than formal dialogue models; it is characterized by mutual vulnerability, a commitment to shared flourishing, and the celebration of diversity as a divine gift. For Indonesian churches, this framework provides practical guidance for navigating pluralistic contexts while maintaining theological integrity. The study contributes to global interfaith discourse by bridging international scholarship with Indonesian contextual wisdom, offering an innovative synthesis between Trinitarian theology and interfaith engagement. Abstrak Studi teologi konstruktif ini mengeksplorasi potensi koinonia sebagai fondasi teologis bagi spiritualitas persahabatan lintas iman yang autentik. Kajian ini menunjukkan bahwa koinonia memiliki aspek yang bersifat umum yang berakar pada konsep Trinitas dan bisa menjadi model untuk hubungan antaragama tanpa menghilangkan ciri khas Kristen. Dengan menggunakan metode teologi konstruktif dan penelitian pustaka, studi ini memeriksa sumber-sumber utama dari Alkitab dan penelitian tambahan dari tradisi lama dan baru. Penelitian menunjukkan bahwa sifat partisipatif dan mengubah dari koinonia, terutama aspek yang berkaitan dengan Roh Kudus, memberikan ruang teologis untuk mengakui kerja Roh Kudus yang memberi kehidupan di luar batas-batas gereja. Spiritualitas persahabatan sebagai cara koinonia antaragama memberikan keterlibatan pribadi yang lebih mendalam dibandingkan dengan model dialog formal, yang ditandai oleh kerentanan bersama, komitmen untuk kesejahteraan bersama, dan perayaan keragaman sebagai anugerah ilahi. Bagi gereja-gereja di Indonesia, kerangka ini memberikan panduan praktis untuk menghadapi berbagai kepercayaan sambil tetap menjaga keyakinan teologis mereka. Studi ini menambah pembicaraan tentang hubungan antaragama di seluruh dunia dengan menghubungkan penelitian internasional dengan kebijaksanaan yang ada di Indonesia, serta memberikan gabungan baru antara teologi Trinitarian dan keterlibatan antaragama.
Hospitalitas sebagai Laku Hidup Menggereja dalam Bingkai Moderasi Beragama di Indonesia Siahaan, Harls Evan R.; Kause, Munatar
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/dp.v2i2.146

Abstract

Religious life has experienced an anxious level of disruption in the last two decades, where there has been an escalation of violence that has led to murders and even sadism in the name of religion. Responding to a situation stimulated by religious fundamentalism and radicalism, the Indonesian government, through the Ministry of Religion, initiated an inclusive religious model that can accept and respect differences; the product is called religious moderation. This article is qualitative research that aims to offer the praxis of religious moderation through modeling early church life behavior. By using a descriptive analysis method based on a literature review, this study shows that the hospitality of the early church, as disseminated by Amos Yong and Amy G. Oden, was an act of religious moderation in church life amidst the socio-political disruptions at that time. We conclude that hospitality can become a doctrine that embodies church life which expresses the practice of religious moderation in Indonesia. Kehidupan beragama mengalami tingkat disrupsi yang mengkhawatirkan dalam dua dasawarsa terakhir, di mana terjadi eskalasi kekerasan yang mengarah kepada pembunuhuan hingga kesadisan dengan mengatasnamakan agama. Merespons situasi yang distimulasi oleh fundamentalisme dan radikalisme beragama, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, menginisiasi sebuah pola beragama yang inklusif, yang dapat menerima dan menghargai perbedaan; produk itu dinamai moderasi beragama. Artikel ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menawarkan praksis moderasi beragama melalui permodelan laku hidup gereja perdana. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang berbasis pada kajian literatur, penelitian ini memperlihatkan hospitalitas gereja perdana, seperti yang ditunjukkan oleh Amos Yong dan Amy G. Oden, merupakan sebuah laku moderasi beragama dalam hidup menggereja di tengah disrupsi sosial-politik saat itu. Kami menyimpulkan bahwa hospitalitas dapat menjadi doktrin yang mengejawantah hidup menggereja yang mengekspresikan laku moderasi beragama di Indonesia.
Presuposisi Kitab Kisah Para Rasul dalam Rancang Bangun Teologi Pentakosta Siahaan, Harls Evan R.
KURIOS Vol. 4 No. 1 (2018): April 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v4i1.34

Abstract

The construction of the theology of Pentecost is very important in modern Pentecostalism movement, in order, at least, could reflecting this movement as a continuity of the prior one and giving responsible of a biblical foundation. This article purposed to show a logical foundation for using The Book of The Acts as biblically based on Pentecostalism movement. The author used a method of analyzing of the historical and philosophical essence of The Acts itself. And the conclusion is, that The Book of Acts has a theological presupposition, so that could be mostly used as a base for the theology of Pentecost. Abstrak Rancang bangun teologi Pentakosta merupakan hal yang sangat penting dalam gerakan Pentakostalisme modern, agar, setidaknya, dapat merefleksikan kegerakan ini sebagai sebuah kontinuitas dari yang telah ada jauh sebelumnya dan memiliki landasan biblikal yang dapat dipertanggungjawabkan. Artikel ini https://publisher.yayasanyutapendidikancerdas.com/ bertujuan untuk menunjukkan landasan yang logis penggunaan Kisah Para Rasul sebagai dasar kegerakan Pentakostalisme. Penulis menggunakan metode analisis historis-filosofis tentang esensi kitab Kisah Para Rasul itu sendiri. Kesimpulan yang didapatkan adalah, bahwa kitab Kisah Para Rasul memiliki presuposisi teologis, sehingga sangat fondasional jika menggunakannya sebagai dasar teologi Pentakosta.