Dalam lanskap sinema modern, teknik editing telah berkembang dari sekadar alat penyusun gambar menjadi medium ekspresif yang mampu membentuk persepsi, membangun ritme emosional, dan menciptakan pengalaman visual yang mendalam. Penelitian ini berfokus pada analisis teknik editing dalam film Layangan Putus sebagai instrumen pembentuk emosi visual. Film ini tidak hanya menarik perhatian publik karena kisahnya yang viral, tetapi juga karena kemampuannya menyampaikan konflik emosional melalui konstruksi visual yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengurai bagaimana elemen-elemen editing seperti continuity editing, jump cut, pacing, color grading, serta desain suara digunakan secara strategis dalam menyampaikan dinamika batin tokoh dan membangun atmosfer psikologis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dan metode interpretatif terhadap beberapa cuplikan kunci dalam film, penelitian ini menemukan bahwa editing dalam Layangan Putus bertindak sebagai narator kedua yang memperkuat narasi emosional serta memperdalam pemahaman penonton terhadap konflik internal karakter. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemilihan ritme pemotongan, transisi visual, dan penggunaan warna berkontribusi signifikan dalam menyampaikan nuansa krisis, keterasingan, hingga ledakan emosi tokoh utama. Temuan ini menegaskan pentingnya editing tidak hanya sebagai fungsi teknis, tetapi juga sebagai perangkat estetik dan psikologis yang mampu mentransformasikan narasi menjadi pengalaman visual yang menggugah. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sinematografi Indonesia, khususnya dalam ranah estetika editing dan konstruksi emosi visual dalam medium film.