Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kontroversi Hak Asasi Manusia: Studi Penafsiran Mufassir Klasik Dan Kontemporer Mengenai Lgbt Muhammad Ikhya Ulumuddin; Muhammad Abdullah Faqih
Journal of Islamic Scriptures in Non-Arabic Societies Vol. 1 No. 2 (2024): Journal of Islamic Scriptures in Non-Arabic Societies (JISNAS)
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/jisnas.v1i2.944

Abstract

The concept of human rights (HAM) varies widely among different countries due to differences in government forms, cultures, and religions. Searching for 'al-Haqq' or 'al-Huqūq' in Islamic texts does not capture the essence of HAM, as there is no equivalent term in the Quran. Abd Muin Salim suggests identifying HAM-related verses through the particle lām li al-tamlīk, which indicates ownership. The discussion of HAM often includes the debate over legalizing same-sex marriage, with some Muslim scholars supporting it. These scholars argue that homosexual acts are permissible within a marriage or based on mutual consent. This study uses library research to explore human rights issues concerning LGBT according to classical and contemporary scholars' interpretations. A key error made by supporters of LGBT rights is interpreting the word 'syakilah' as 'fitrah' or 'innate.' No classical or contemporary scholars interpret 'syakilah' to mean 'fitrah' or 'innate.'.
Dinamika Politik Dalam Perkembangan Tasawuf Muhammad Ikhya Ulumuddin; Nur Hayyid, Muhammad
Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam Vol. 5 No. 2 (2025): Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam
Publisher : Ma'had Aly Idrisiyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58572/hkm.v5i2.195

Abstract

Penelitian ini membahas dinamika hubungan antara tasawuf dan politik dalam sejarah peradaban Islam, dengan menelusuri bagaimana praktik dan pemikiran sufistik berkembang seiring perubahan konteks sosial-politik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka, dan bertujuan untuk memahami interaksi kompleks antara spiritualitas Islam dan kekuasaan politik, serta bagaimana tasawuf tetap relevan sebagai kekuatan moral dan sosial di tengah perubahan zaman. Sejak masa awal Islam pasca Khulafa Rasyidin, muncul kecenderungan untuk menjauh dari hiruk-pikuk kekuasaan dan memilih jalan spiritual, yang ditandai dengan praktik zuhud. Pada masa kekhalifahan Abbasiyah, tasawuf mengalami pembentukan ajaran secara sistematis dan kelembagaan melalui munculnya tarekat-tarekat. Para tokoh sufi seperti Hasan al-Bashri, Al-Hallaj, dan Al-Ghazali menunjukkan bagaimana tasawuf bisa menjadi kritik moral terhadap kekuasaan sekaligus berperan dalam memberikan legitimasi. Di periode pertengahan hingga modern, tarekat menjadi institusi sosial-politik penting yang berperan sebagai mediator, penggerak opini, serta kekuatan sosial yang mampu menentang ketidakadilan. Tasawuf juga berkembang dalam konteks negara-bangsa modern dan globalisasi, dengan peran yang beragam mulai dari gerakan spiritual moderat hingga aktor politik aktif. Di Indonesia, tarekat terbukti memainkan peran strategis dalam perlawanan terhadap penjajahan, pendidikan masyarakat, dan dinamika sosial-politik kontemporer.