Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam dinamika pencalonan calon legislatif dari kelompok penyandang disabilitas dalam pemilihan umum di Indonesia. Fokus kajian diarahkan pada ketimpangan politik, faktor penyebab kekalahan, persepsi publik, serta strategi penguatan partisipasi elektoral difabel dalam sistem politik nasional. Meskipun kerangka hukum nasional telah mengakui hak politik penyandang disabilitas, pelaksanaannya di tingkat praksis masih menghadapi hambatan yang bersifat struktural dan kultural. Beberapa di antaranya meliputi diskriminasi administratif dalam proses pencalonan, keterbatasan sumber daya ekonomi, minimnya dukungan dari partai politik, serta rendahnya tingkat literasi politik di kalangan penyandang disabilitas. Studi ini menggunakan pendekatan Systematic Literature Review yang dianalisis menggunakan perangkat lunak NVivo 12 Plus. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekalahan calon legislatif dari kelompok disabilitas erat kaitannya dengan lemahnya jejaring sosial-politik, terbatasnya modal kampanye, serta kuatnya sentimen negatif masyarakat terhadap kapabilitas mereka. Persepsi publik cenderung dibentuk oleh stigma paternalistik daripada penilaian atas kompetensi objektif. Sebagai respons terhadap temuan tersebut, studi ini menawarkan model penguatan partisipasi politik difabel melalui tiga pendekatan utama: (1) pengembangan pendidikan politik yang inklusif dan berkelanjutan, (2) pembentukan aliansi strategis antara komunitas disabilitas, LSM, dan aktor politik, serta (3) penyediaan pelatihan dan skema pembiayaan afirmatif. Temuan ini diharapkan dapat memperluas wacana tentang demokrasi yang inklusif sekaligus mendorong reformasi struktural dalam sistem politik Indonesia agar lebih akomodatif terhadap representasi kelompok disabilitas.