Wati, Ni Made Nopita Wati
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan health literacy dengan manajemen diri pada pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisis Ni Komang Emi Trisnawati; Dewa Putu Arwidiana; Wati, Ni Made Nopita Wati
JOURNAL OF Medical Surgical Concerns Vol. 5 No. 1 (2025): June Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia (HIPMEBI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/msc.v5i1.1334

Abstract

Background: Patients with CKD undergoing hemodialysis require good self-management skills to maintain quality of life and prevent complications. One factor that influences the success of self-management is the level of health literacy, namely the individual's ability to access, understand, and use health information. Purpose: To determine the relationship between health literacy and self-management in CKD patients undergoing hemodialysi. Method: A descriptive correlational design with a cross-sectional approach. The sample consisted of 112 CKD patients undergoing hemodialysis, selected using a purposive sampling technique. The instruments used included health literacy and self-management questionnaires. Data analysis was performed using the Rank Spearman correlation test. Results: There was a significant relationship between health literacy and self-management in CKD patients undergoing hemodialysis (p <0.05). Patients with high levels of health literacy tend to have better self-management skills. Conclusion: Health literacy plays an important role in improving the self-management skills of hemodialysis patients. Improving health literacy through appropriate education can be an effective strategy in supporting long-term care of CKD patients. Keyword: Chronic Kidney Disease; Health Literacy; Hemodialysi; Self-Management.   Pendahuluan: Pasien dengan penyakit CKD yang menjalani hemodialisis memerlukan kemampuan manajemen diri yang baik untuk menjaga kualitas hidup dan mencegah komplikasi. Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan manajemen diri adalah tingkat literasi kesehatan (health literacy), yaitu kemampuan individu dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara health literacy dengan manajemen diri pada pasien CKD yang menjalani hemodialisis. Metode: Desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel terdiri dari 112 pasien CKD yang menjalani hemodialisis, dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner health literacy dan manajemen diri. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara health literacy dengan manajemen diri pada pasien CKD yang menjalani hemodialisis (p <0.05). Pasien dengan tingkat literasi kesehatan yang tinggi cenderung memiliki kemampuan manajemen diri yang lebih baik. Simpulan: Health literacy berperan penting dalam meningkatkan kemampuan manajemen diri pasien hemodialisis. Peningkatan literasi kesehatan melalui edukasi yang tepat dapat menjadi strategi efektif dalam mendukung perawatan jangka panjang pasien CKD. Kata Kunci: Health Literacy; Hemodialis; Manajemen Diri; Penyakit Gagal Ginjal Kronik.
Hubungan karakteristik caregiver dengan tingkat kecemasan caregiver yang memiliki orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Kadek Dwi Anggita Aprilia Putri; Wati, Ni Made Nopita Wati; Desak Made Ari Dwi Jayanti
THE JOURNAL OF Nursing Management Issues Vol. 2 No. 2 (2025): April Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/nmi.v2i2.1311

Abstract

Background: The burden of caring for family members with mental disorders often triggers anxiety in caregivers, the intensity of which is influenced by caregiver characteristics. Purpose: To determine the correlation between caregiver’s characteristics and anxiety level in caregivers of individuals with mental disorders. Method: The research design used a descriptive with a cross-sectional approach model. The population of this study amounted to 155 people using purposive sampling, with a sample size of 123 people. The research instrument used a family characteristics questionnaire and the STAI-T Questionnaire. Data analysis using Spearman rank correlation test and Chi-Square test. Results: The results showed that the age of respondents was early adulthood (26–35 years) 45 respondents (36.5%), female 78 respondents (63.4%), high school/vocational high school education 75 respondents (61%), and worked as private employees 68 respondents (55.3%). The anxiety level of the respondents was in moderate anxiety as many as 53 respondents (43.1%). The results showed there was a relationship between age (p=0.013), gender (p=0.046), and occupation (p=0.019) with anxiety level, and there was no relationship between education and anxiety level (p=0.617). Conclusion: The results showed that caregiver characteristics such as age, gender, and occupation are factors that can affect caregiver anxiety levels.   Keywords: Caregiver Characteristics; Anxiety Level; Mental Disorders.   Pendahuluan: Beban merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa seringkali memicu kecemasan pada caregiver, yang intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai karakteristik dari caregiver. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan karakteristik caregiver dengan tingkat kecemasan caregiver yang memiliki orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan model pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah caregiver yang memiliki orang dengan gangguan jiwa sebanyak 155 orang. Teknik sampling menggunakan non-probability sampling yaitu purposive sampling, dengan jumlah sampel 123 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner karakteristik keluarga dan State Trait Anxiety Inventory-Trait (STAI-T). Analisis data menggunakan uji korelasi rank Spearman dan uji Chi-Square. Hasil: Hasil penelitian didapatkan karakteristik usia responden berada pada usia dewasa awal (26–35 tahun) sebanyak 45 responden (36.5%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 78 responden (63.4%), berpendidikan SMA/SMK sebanyak 75 responden (61%), dan bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 68 responden (55.3%). Tingkat kecemasan responden sebagian besar mengalami kecemasan sedang dengan jumlah 53 responden (43.1%). Terdapat hubungan antara usia (p=0.013), jenis kelamin (p=0.046), pekerjaan (p=0.019) dengan tingkat kecemasan. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan (p=0.617). Simpulan: Sebagian besar caregiver mengalami kecemasan sedang. Beberapa karakteristik caregiver seperti usia, jenis kelamin, dan pekerjaan merupakan faktor yang dapat memengaruhi tingkat kecemasan caregiver selama merawat penderita gangguan jiwa. Diharapkan puskesmas dapat berperan aktif dalam membangun jaringan dukungan komunitas demi memudahkan keluarga untuk berkomunikasi mengenai kesulitan yang dihadapi sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.   Kata Kunci: Karakteristik Caregiver; Tingkat Kecemasan: Gangguan Jiwa.