Peningkatan kapasitas produksi pada perusahaan manufaktur valve production telah menyebabkan lonjakan volume limbah cair yang signifikan, sementara perusahaan belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) internal. Saat ini, perusahaan masih bergantung pada pihak ketiga dalam pengelolaan limbah cair B3 dengan biaya pengolahan yang cukup besar, yaitu sekitar US$429 hingga US$781 per bulan. Hal ini tentunya menimbulkan beban operasional yang terus meningkat dan menunjukkan urgensi untuk membangun IPAL sendiri sebagai langkah strategis untuk efisiensi biaya dan pemenuhan regulasi lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan vendor IPAL yang tepat menjadi langkah penting guna memastikan pengolahan limbah dilakukan secara efektif, efisien, dan sesuai standar keberlanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kriteria dan alternatif dalam proses pemilihan vendor IPAL serta menentukan prioritas vendor yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Additive Weighting (SAW) untuk menentukan bobot preferensi kriteria dan Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk menyusun peringkat dari alternatif vendor. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada tiga responden utama yang memiliki peran dalam proses pengadaan, yaitu Procurement Supervisor, QHSE Supervisor, dan Head Production. Hasil analisis menunjukkan bahwa aspek reputasi menjadi kriteria paling dominan dengan bobot 0,632, diikuti aspek teknis (0,546), administratif (0,465), keuangan (0,455), dan lingkungan (0,389). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode TOPSIS, PT. Harum Tirta Jaya (A4) terpilih sebagai vendor terbaik yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dengan nilai preferensi sebesar 0,637. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengambilan keputusan pemilihan vendor IPAL secara objektif, terukur, dan sesuai kebutuhan industri.