Penelitian mengkaji ketersediaan informasi berupa signage dan announcement multibahasa bagi penumpang internasional di Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Peningkatan jumlah penumpang internasional dari China (40,69%) dan negara Asia Timur lainnya menuntut sistem informasi yang dapat mengakomodasi keberagaman bahasa untuk memastikan kelancaran navigasi terminal. Sistem informasi existing hanya menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris sesuai KM No. 22 Tahun 2005, sementara mayoritas penumpang berasal dari negara yang memerlukan komunikasi dalam bahasa Mandarin dan Jepang. Keterbatasan komunikasi multibahasa berpotensi mengganggu pengalaman perjalanan dan efisiensi operasional terminal bagi segmen penumpang terbesar bandar udara tersebut.Metode penelitian kualitatif deskriptif diterapkan dengan teknik observasi partisipatif selama 120 jam, wawancara mendalam terhadap 15 penumpang internasional dan 11 petugas bandar udara, serta dokumentasi lapangan. Triangulasi data dilakukan melalui pengumpulan 45 foto signage , 12 rekaman announcement, dan 8 dokumen standar operasional prosedur terkait penyediaan informasi penumpang. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan untuk menghasilkan interpretasi mendalam tentang kondisi ketersediaan informasi multibahasa. Lokasi penelitian ditetapkan di Terminal 2 yang melayani penerbangan internasional selama periode Oktober 2024 hingga Februari 2025 dengan pendekatan purposive sampling berdasarkan kriteria penumpang pengguna layanan terminal internasional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73% penumpang China, 68% penumpang Taiwan, dan 71% penumpang Jepang mengalami kesulitan navigasi akibat keterbatasan informasi dalam bahasa Mandarin dan Jepang. Observasi mengidentifikasi 156 papan petunjuk yang memenuhi standar nasional namun belum mengakomodasi kebutuhan komunikasi multibahasa sesuai komposisi demografis penumpang. Sistem announcement mencatat 248 pengumuman yang terbatas pada dua bahasa dengan keterbatasan personel yang menguasai bahasa Asia Timur sebagai kendala utama. Antrian lebih panjang di counter informasi ketika terdapat penerbangan dari China dan Jepang menunjukkan korelasi langsung antara keterbatasan bahasa dengan efisiensi operasional. Perbandingan dengan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta mengungkapkan disparitas implementasi sistem informasi berbagai bahasa yang telah menggunakan bahasa Arab, Mandarin, dan Jepang pada signage area terminal.