Perusahaan produksi komponen karet menghadapi tantangan signifikan akibat tingginya frekuensi kerusakan mesin injection yang berdampak pada downtime produksi, degradasi kualitas output, dan eskalasi biaya operasional. Studi ini menganalisis lima mesin injection (unit 3, 4, 12, 16, dan 20) berdasarkan data historis kerusakan periode Januari–Desember 2024. Metodologi penelitian menerapkan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) yang mengintegrasikan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Logic Tree Analysis (LTA), dan Task Selection untuk evaluasi komprehensif. Analisis kuantitatif menggunakan distribusi probabilitas (lognormal, Weibull, dan normal) dalam perhitungan Time to Failure (TTF) dan Time to Repair (TTR) melalui software Minitab 22. Hasil FMEA mengidentifikasi komponen Screw pada Injection 16 sebagai elemen paling kritis dengan Risk Priority Number (RPN) 288. Analisis LTA mengungkap 67% mode kegagalan terdistribusi dalam kategori Outage Problem (53%) dan Economic Problem (14%), dengan 73% bersifat non-evident yang memerlukan condition monitoring. Interval perawatan optimal yang ditetapkan meliputi: Injection 3 (140.2 jam), Injection 4 (578.8 jam), Injection 12 (622.6 jam), Injection 16 (337 jam), dan Injection 20 (185 jam). Implementasi strategi pemeliharaan berbasis RCM berpotensi mengurangi downtime hingga 60% dan meningkatkan availabilitas mesin secara signifikan, memberikan kontribusi praktis bagi optimalisasi operasional manufaktur.