Latar belakang: Sehat menurut WHO adalah suatu kondisi fisik, mental dan kesejahteraaan sosial yang merupakan kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan sengaja ataupun direncanakan. Cedera olahraga dapat terjadi dari beberapa faktor, dan sprain ankle merupakan salah satu cedera olahraga yang sering ditemui. Sprain ankle terjadi karena ketidakseimbangan ligament yang mengalami peregangan atau robekan yang berlebihan. Cedera ini akan mengakibatkan adanya nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan lingkup gerak sendi dan aktivitas fungsional. Fisioterapi berperan dalam penanganan kondisi sprain ankle dengan pemberian intervensi berupa latihan penguatan dan stabilisasi dengn fokus peningkatan untuk aktivitas fungsional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian latihan penguatan dan stabilisasi untuk meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pasa kondisi sprain ankle. Metode: Studi kasus ini dilakukan di Club Sepak Bola Persis Solo U-16 pada pasien cedera pergelangan kaki (sprain ankle) dengan keluhan mengalami nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan lingkup gerak sendi dan aktivitas fungsional. Hasil: Dari problem yang di temukan pada penelitian ini, pasien mengalami nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan lingkup gerak sendi dan aktivitas fungsional. Penilaian nyeri diukur dengan Visual Analog Scale didapatkan nyeri diam menurun dari 3 menjadi 0, nyeri gerakan menurun dari 7 menjadi 4 dan nyeri tekanan menurun dari 9 menjadi 2. Kekuatan pergelangan kaki dorsofleksi, plantarfleksi, inversi dan eversi menggunakan Manual Muscle Testing menguji kekuatan otot didapatkan peningkatan dari 3 menjadi 4. Goniometer untuk mengukur lingkup gerak sendi saat bergerak plantar-dorso fleksi S 10° - 0° - 10° menjadi S 20° - 0° - 35° sedangkan gerakan eversi-inversi R 10° - 0° - 10° menjadi R 30° - 0° - 20°. Aktivitas fungsional yang diukur dengan Foot and Ankle Ability Measure (FAAM) menunjukkan yang awalnya dengan nilai 61 mengalami peningkatan menjadi 102. Kesimpulan: Pemberian fisioterapi selama empat pertemuan dengan intervensi cooling therapy, ultrasound, active resisted exercise, isometric exercise dan core setting strengthening mampu menurunan nyeri dan bengkak, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi dan aktivitas fungsional.