Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Controversy of Pramoedya Ananta Toer: A Reception Study Toward Reconciliation Suaka, I Nyoman; Tia Wisma Adinda, Kadek
Proceeding Bali-Bhuwana Waskita: Global Art Creativity Conference Vol. 5 (2025): Proceedings Bali-Bhuwana Waskita: Global Art Creativity Conference
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/bbwp.v5i1.635

Abstract

The life journey of the writer Pramoedya Ananta Toer is filled with controversy. On one hand, he has been harshly criticized; on the other, he has been highly praised. Pramoedya and his works are scarcely mentioned in literature education in Indonesian schools. Strangely, abroad, this author from Blora, Central Java, enjoys great renown. This raises a fundamental question: what is Pramoedya’s position in the landscape of Indonesian literature? This study applies the theory of diachronic reception by Robert Jauss and Wolfgang Iser. The research employs a descriptive qualitative method, drawing on data sources such as books, magazines, newspapers, journals, and reviews discussing Pramoedya. Additional sources include Pramoedya’s tetralogy novels, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak langkah, Rumah Kacaand as well as the film adaptation of Bumi Manusia. The findings reveal that the controversy surrounding Pramoedya’s life is closely tied to the political landscape in Indonesia between 1950 and 1966. During this period, the Institute of People’s Culture Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) emerged, ideologically opposed to the Cultural Manifesto movement (Manifes Kebudayaan). As a member of Lekra, Pramoedya sharply criticized Manifes Kebudayaan writers through his polemical writings. Several works by Manifest Kebudayaan affiliated authors were burned, and the writers imprisoned. Conversely, Pramoedya’s own works were banned and withdrawn from circulation. He himself was detained in Jakarta and later imprisoned on Buru Island. Through the lens of diachronic reception theory, this study identifies elements that may open a path toward reconciliation.
Identifikasi Kalimat Aktif Dan Pasif Dalam Satua I Sugih Teken I Tiwas Dewi, Wiyasanti; Tia Wisma Adinda, Kadek
Journal of Comprehensive Science Vol. 2 No. 12 (2023): Journal of Comprehensive Science (JCS)
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jcs.v2i12.572

Abstract

Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi kalimat aktif dan pasif dalam satua Sugih teken I Tiwas dan cerminan budaya yang tergambar dari kalimat aktif dan Pasif. Satua adalah cerita Bali yang juga memiliki bentuk-bentuk kalimat aktif maupun pasif yang berkaitan dengan budaya. Sumber data yang digunakan adalah sebuah teks cerita bali atau satua I sugih teken I Tiwas dalam Bahasa Bali. Pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik simak dan catat yang berfokus pada identifikasi kalimat aktif dan pasif. Teori dari Ting-Toomey digunakan dalam penelitian ini dimana masyarakat yang terbagi kedalam kelompok-kelompok itu kemudian melakukan identifikasi kultural (cultural identification), yaitu masing-masing orang mempertimbangkan diri mereka sebagai representasi dari sebuah budaya partikular. Hasilnya adalah bahwa identifikasi kalimat aktif dan pasif yang digunakan dalam satua I Sugih Teken I Tiwas memiliki representasi dari sebuah cerminan budaya. Cerita ini mencerminkan berbagai aspek budaya Bali, termasuk hubungan sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur sosial. Konflik antara I Sugih dan I Tiwas menyoroti perbedaan kelas sosial, etos kerja, dan pentingnya keharmonisan dalam komunitas