Hasil observasi yang dilakukan di Kelas V SDN 040444 Kabanjahe menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika tidak meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan sikap ilmiah mereka. Dengan data ini, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDN 040444 Kabanjahe dan meneliti dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa Kelas V. Design quasi-experimental untuk penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol yang tidak setara. Dalam penelitian ini, teknik purposive sampling digunakan untuk mengambil sampel siswa dari kelas V.A (kelas Kontrol) dan V.B (kelas Eksperimen). Metode observasi dan tes digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pretes untuk kelas eksperimen 47, dengan standar deviasi 20,79, dan untuk kelas kontrol, nilai rata-rata pretes untuk kelas ini adalah 30, dengan standar deviasi 10,21. Uji normalitas dan homogenitas telah menyimpulkan bahwa data nilai pretes dari kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Kemampuan awal kedua kelas adalah setara, menurut hasil statistik yang signifikan. Setelah itu, kelas eksperimen diperlakukan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Setelah kelas selesai, ujian dilakukan. Nilai eksperimen rata-rata 98, dengan standar deviasi 6,15, dan nilai kontrol rata-rata 58,33, dengan standar deviasi 20,35. Kemampuan pemecahan masalah kelas V SDN 040444 Kabanjahe Tahun Ajaran 2023/2024 terpengaruh secara signifikan oleh model pembelajaran berbasis masalah. Kesimpulan ini dapat dicapai melalui pengujian statistik dengan uji-t satu pihak.