Pembangunan jalan di Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan, berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional dan regional. Dengan peningkatan beban lalu lintas, diperlukan pelapisan ulang menggunakan perkerasan baru, seperti lapis aspal beton (laston). Eksploitasi agregat alam yang berlebihan dapat mengakibatkan penipisan sumber daya. Oleh karena itu, inovasi material alternatif menjadi sangat mendesak untuk menjaga keberlanjutan pembangunan infrastruktur.Penelitian ini mengkaji karakteristik limbah keramik sebagai substitusi agregat halus dengan variasi 20% 30%, dan 40% dan material lainya. Penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menguji agregat alam, filler flyash, aspal dan substitusi keramik sebagai agregat halus.Penelitian ini menghasilkan limbah keramik yang digunakan sebagai subtitusi agregat halus dapat dimanfaatkan dalamcampuran Asphalt Concrete Base (AC-BASE). Limbah keramik memiliki nilai bulk 2,128 gr/cm³, semu 2,187 gr/cm³, dan penyerapan 1,3%, Fraksi agregat alam (15–20 mm) memiliki nilai bulk 2,47 gr/cm³, semu 2,58 gr/cm³, dan penyerapan air 1,8%. Fraksi agregat alam (10–15 mm) memiliki nilai bulk 2,58 gr/cm³, semu 2,68 gr/cm³, dan penyerapan air 1,54%. Fraksi agregat medium (5–10 mm) memiliki nilai bulk 2,38 gr/cm³, semu 2,53 gr/cm³, dan penyerapan air 2,51%. Fraksi agregat halus (0–5 mm) memiliki nilai bulk 2,33 gr/cm³, semu 2,36 gr/cm³, dan penyerapan air 2,7%. Semua memenuhi spesifikasi. Filler flyash memiliki nilai 1,854 gr/cm³. Aspal memiliki penetrasi 64 mm, nilai titik nyala 274°C, Nilai titik bakar 276°C, dan nilai daktilitas 100 cm; menunjukkan kualitas baik sebagai bahan pengikat.