Pada tahun 2017, gagal ginjal kronik (GGK) menempati urutan ke 12 sebagai penyebab utama kematian secara global dan diperikirakan akan naik ke urutan 5 pada tahun 2040. Pada pasien GGK, prevalensi pemanjangan interval QTc meningkat secara progresif seiring dengan menurunnya fungsi ginjal. Interval QTc telah diakui sebagai parameter prognostik penting dalam menilai risiko aritmia ventrikel dan kematian jantung mendadak, terutama pada GGK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gagal ginjal kronik dengan pemajangan interval QTc pada pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian observasional dengan desain potong lintang dilakukan di RSUD RAA Soewondo Pati dalam periode September-November 2024. Digunakan teknik consecutive sampling untuk pengambilan data. Dilakukan elektrokardiografi saat pasien menjalani prosedur dialisis. Uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan. Dari 50 pasien gagal ginjal kronik 58% didominasi oleh laki-laki. Rentang usia pasien 43-65 tahun. Komorbid terbanyak pada pasien GGK adalah diabetes mellitus (38%) diikuti dengan hipertensi (30%). Interval QTc berada dalam rentang 323-610 ms dengan nilai rerata 438 ± 60 ms. Sebanyak 76% mengalami pemanjangan interval QTc saat dilakukaan prosedur hemodialisis. Diabetes mellitus dan hipertensi berhubungan secara signifikan dengan GGK (p = 0.049; PRR (95% CI) = 1,917 (1,031-3,563)) dan (p = 0.044; PRR (95% CI)) = 1,878 (1,072-3,292). Didapatkan hubungan yang secara statistik bermakna antara GGK dengan pemanjangan interval QTc (p = 0,024). Pasien dengan GGK ³ 6 bulan memiliki rerata pemanjangan interval QTc yang lebih besar yaitu 38 ms dibandingkan pasien GGK < 6 bulan.