Sangging, Dewi Pradnya Paramita
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP VIABILITAS PRESERVASI JAMUR Aspergillus niger Rahayu, Siwipeni Irmawanti; Sangging, Dewi Pradnya Paramita; Aisha, Andi Rahmania
Majalah Kesehatan Vol. 12 No. 3 (2025): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2025.012.03.1

Abstract

Jamur atau fungi semakin diperhatikan saat ini seiring naiknya kasus immunocompromised di masyarakat, contohnya Aspergillus niger. Kendala terbesar dalam kendali infeksi jamur adalah identifikasi dan preservasi yang lebih sulit dibandingkan bakteri. Preservasi menjadi kunci penting dalam identifikasi lanjut di tingkat genetik dan proteomik, namun sering tidak dapat dilakukan karena diperlukan fasilitas modern, seperti deep freezer. Penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi efek suhu dan kaitannya dengan viabilitas isolat A. niger yang disimpan pada suhu -20 oC dan 4 oC. Isolat induk dikultur pada Sabouroud Dextrose Agar dan diinkubasi selama 10 hari, lalu dibagi dalam cryotube gliserol 10%, untuk disimpan pada -20 oC dan 4 oC selama 12 bulan. Revival dilakukan setiap dua bulan untuk menilai viabiltas selama 10 hari pada medium SDA. Setelah 12 bulan, kemampuan revival A. niger menurun pada kedua suhu, dengan penurunan signifikan pada -20 oC dimulai pada bulan keenam. Setelah 12 bulan, isolat yang disimpan pada suhu -20 oC dan 4 oC hanya mencapai 49,31 mm dan 79,94 mm (dibandingkan dengan 90 mm pada isolat induk). Hal ini dapat diakibatkan karena pada suhu di bawah 0 oC terjadi pembentukan ice spike yang menginduksi kerusakan sel jamur. Penambahan gliserol 10% kemungkinan tidak cukup untuk menahan pembentukan ice spike. Kesimpulannya, bahwa penyimpanan isolat A. niger pada kondisi tidak ada deep freezer lebih baik dilakukan pada suhu 4 oC dibandingkan pada suhu -20 oC. Hasil ini bisa menjadi dasar untuk eksplorasi cara preservasi jamur lebih luas, utamanya pada kondisi tidak adanya deep freezer, sebagai upaya lanjut optimasi preservasi jamur.