Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Comparison of synergistic effects of multiple combinations of anti-pseudomonas antibiotics against Pseudomonas aeruginosa pan drug resistance in in vitro test with AZDAST Method Putri, Citra Destya Rahma; Etty Fitria Ruliatna; Retnoningsih, Dewi; Rahayu, Siwipeni Irmawanti; Noorhamdani
Journal of Clinical Microbiology and Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2024): Available online: June 2024
Publisher : Indonesian Society for Clinical Microbiology (Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/jcmid.v4i1.48

Abstract

Background: Antimicrobial resistance is a global threat to public health. Pseudomonas aeruginosa Pan Drug-Resistant requires the latest antimicrobials. This limitation of therapy requires a breakthrough in the treatment of this infection. Combining antimicrobials with a synergistic effect is thought to increase the cure rate in clinical use. This study aimed to determine the synergistic effect of several combinations of anti-pseudomonas antibiotics against Pan Drug-Resistant Pseudomonas aeruginosa in an in vitro test using the AZDAST method. Method: An Antibiotic combination test was carried out using the AZDAST method to assess in vitro synergistic activity. The antibiotic single disk used was Amikacin 30 µg, Ceftazidime 30 µg, Meropenem 10 µg, Ciprofloxacin 5 µg; double disk antibiotic is Amikacin 30 µg, Ceftazidime 30 µg, Meropenem 10 µg, Ciprofloxacin 5 µg and combination antibiotic disks Amikacin 30 µg-Ceftazidime 30 µg, Amikacin 30 µg-Meropenem 10 µg, Amikacin 30 µg-Ciprofloxacin 5 µg in which two antibiotic paper disks are combined stacked together, with a 24 mm gap between the other antibiotic combinations. Result: The results showed that combining the four antibiotics had a synergistic effect. The zone of inhibition resulting from testing the combination of several antibiotics against Pan Drug Resistant Pseudomonas aeruginosa showed no statistical significance (p > 0.05) compared to all antibiotics and comparisons in the combination group of antibiotics only. Conclusion: The combination of anti-pseudomonas antibiotics synergizes with Pan Drug-Resistant Pseudomonas aeruginosa in the AZDAST method in vitro test.
PERBANDINGAN POLA BAKTERI GRAM NEGATIF SPESIMEN URINE DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DARI PASIEN RAWAT INAP UROLOGI SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Anjani, Farah Diyah; Daryanto, Besut; Rahayu, Siwipeni Irmawanti
Majalah Kesehatan Vol. 12 No. 1 (2025): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2025.012.01.7

Abstract

Corona virus disease 19 (COVID-19) menjadi perhatian global karena tingginya mortalitas dan morbiditas. Infeksi saluran kemih adalah salah satu manifestasi klinis dari COVID-19 yang menarik perhatian dan hingga kini belum ada penelitian tentang pola bakteri Gram negatif dan kepekaan terhadap ciprofloxacin dan gentamicin pada infeksi saluran kemih sebelum dan selama pandemi COVID-19. Tujuan penelitian adalah membandingkan pola bakteri Gram negatif terhadap kepekaan antibiotik ciprofloxacin dan gentamicin pada pasien rawat inap urologi sebelum dan selama pandemi COVID-19. Metode desain cross-sectional dengan jenis penelitian observasional yang menggunakan data rekam medis. Teknik consecutive sampling digunakan mengikuti kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Data penelitian dianalisis menggunakan SPSS statistik dengan analisis univariat dan bivariat, analisis menggunakan uji Mann-Whitney. Didapatkan pola kepekaan bakteri Proteus mirabilis dari tahun 2018-2021 terhadap Ciprofloxacin. Tahun 2018 sensitif 54,1% dan resisten  45,9%, tahun 2019 sensitif 42,9% dan resisten 57,1%, tahun 2020 sensitif 65,2% dan resisten 34,8%, dan tahun 2021 sensitif 28,6% dan resisten 71,4%. Analisis data menunjukkan pola bakteri dan sensitifitas ciprofloxacin dan gentamicin tidak ada perubahan pada masa pandemi COVID-19 (p > 0,05). Kesimpulan, tidak didapatkan perubahan signifikan pada pola bakteri terhadap kepekaan antibiotik ciprofloxacin dan gentamicin sebelum dan selama pandemi COVID-19.
Pencegahan Stunting dan Disbiosis Mikrobiota Saluran Cerna Melalui Partisipasi Aktif Siswa, Orang Tua dan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Malang Mulyastuti, Yuanita; Rahayu, Siwipeni Irmawanti; Tulle, Andrew William; Ruliatna, Etty Fitria; Sutjipto, Yossy Imelda; Nuriyana, Fatatie; Rohman, Ibrahim Abdur; Dzulfikar, Afuza Ahnaf; Ilhami, Mukhammad Nurvi Farhan; Bekti, Rachmad Sarwo
Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma
Publisher : LPPM Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/jakw.v6i1.656

Abstract

Stunting merupakan masalah kesehatan dengan efek jangka panjang berupa risiko penurunan produktivitas pembangunan nasional. Dampak stunting dapat dicegah dengan perbaikan literasi anak, guru dan orang tua saat anak usia sekolah dasar. Disbiosis saluran cerna sebagai salah satu faktor yang berperan pada kejadian stunting dapat dicegah dengan pola makan seimbang serta pola hidup bersih dan sehat. Desain program pengabdian masyarakat ini bersifat partisipatoris dengan melibatkan guru, siswa, dan orang tua terkait literasi tentang stunting. Program dilakukan dalam beberapa tahap meliputi penyusunan agenda bersama, penyuluhan edukasi, pemilihan duta siswa sehat, serta diskusi penyusunan rencana pengembangan program dengan guru. Dari pengabdian masyarakat yang dilakukan, didapatkan perubahan literasi kognitif siswa terhadap perilaku sehat yang berhubungan dengan stunting seperti pola makan seimbang dan pola hidup bersih dan sehat. Sementara diskusi dengan guru memunculkan upaya kerjasama penguatan program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dengan pola UES (University to Elementary School) sebagai bentuk tindak lanjut untuk melembagakan upaya peningkatan kesehatan siswa secara konstruktif. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebagai evaluasi jangka panjang dari pengabdian, terutama pada dampak lanjut dari duta siswa dan penguatan UKS melalui skema UES.
ANALISIS WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP VIABILITAS PRESERVASI JAMUR Aspergillus niger Rahayu, Siwipeni Irmawanti; Sangging, Dewi Pradnya Paramita; Aisha, Andi Rahmania
Majalah Kesehatan Vol. 12 No. 3 (2025): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2025.012.03.1

Abstract

Jamur atau fungi semakin diperhatikan saat ini seiring naiknya kasus immunocompromised di masyarakat, contohnya Aspergillus niger. Kendala terbesar dalam kendali infeksi jamur adalah identifikasi dan preservasi yang lebih sulit dibandingkan bakteri. Preservasi menjadi kunci penting dalam identifikasi lanjut di tingkat genetik dan proteomik, namun sering tidak dapat dilakukan karena diperlukan fasilitas modern, seperti deep freezer. Penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi efek suhu dan kaitannya dengan viabilitas isolat A. niger yang disimpan pada suhu -20 oC dan 4 oC. Isolat induk dikultur pada Sabouroud Dextrose Agar dan diinkubasi selama 10 hari, lalu dibagi dalam cryotube gliserol 10%, untuk disimpan pada -20 oC dan 4 oC selama 12 bulan. Revival dilakukan setiap dua bulan untuk menilai viabiltas selama 10 hari pada medium SDA. Setelah 12 bulan, kemampuan revival A. niger menurun pada kedua suhu, dengan penurunan signifikan pada -20 oC dimulai pada bulan keenam. Setelah 12 bulan, isolat yang disimpan pada suhu -20 oC dan 4 oC hanya mencapai 49,31 mm dan 79,94 mm (dibandingkan dengan 90 mm pada isolat induk). Hal ini dapat diakibatkan karena pada suhu di bawah 0 oC terjadi pembentukan ice spike yang menginduksi kerusakan sel jamur. Penambahan gliserol 10% kemungkinan tidak cukup untuk menahan pembentukan ice spike. Kesimpulannya, bahwa penyimpanan isolat A. niger pada kondisi tidak ada deep freezer lebih baik dilakukan pada suhu 4 oC dibandingkan pada suhu -20 oC. Hasil ini bisa menjadi dasar untuk eksplorasi cara preservasi jamur lebih luas, utamanya pada kondisi tidak adanya deep freezer, sebagai upaya lanjut optimasi preservasi jamur.