Lanjut usia merupakan kelompok rentan yang mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis, dan sosial sehingga menghadapi tantangan berat dalam menjalani masa pidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Narapidana lansia berisiko tinggi mengalami stres, kecemasan, dan kesepian akibat kehilangan kebebasan dan keterbatasan interaksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk koping religius yang digunakan narapidana lansia di Lapas Kelas IIA Banjarmasin serta dampak yang dirasakan terhadap kesejahteraan psikologis mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi non-partisipatif, dan dokumentasi. Informan utama dalam penelitian ini adalah tiga orang narapidana lansia beragama Islam yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan di dalam Lapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga narapidana lansia menerapkan koping religius positif dalam menghadapi stres dan kecemasan. Aktivitas keagamaan seperti sholat wajib dan sunnah, dzikir, membaca Al-Qur’an, pengajian, dan yasinan menjadi media mereka menemukan ketenangan batin, penerimaan diri, serta penguatan spiritual untuk bertahan di Lapas. Faktor pendukung koping religius mereka adalah pendidikan agama sebelumnya, pengalaman hidup, kondisi kesehatan, dan program pembinaan kepribadian di Lapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga narapidana lansia menerapkan koping religius positif dalam menghadapi stres dan kecemasan. Ketiga informan menerapkan koping religius positif seperti aktivitas sholat wajib dan sunnah, dzikir, membaca Al-Qur’an, pengajian, dan yasinan untuk memperoleh ketenangan batin dan penerimaan diri. Menariknya, ditemukan satu informan yang semula cenderung menggunakan koping religius negatif seperti merasa dihukum oleh Tuhan, namun berangsur berubah menjadi koping religius positif setelah mengikuti pembinaan keagamaan di Lapas. Faktor pendukung perubahan tersebut meliputi pendidikan agama, pengalaman hidup, kondisi kesehatan, dan adanya program pembinaan kepribadian di Lapas. erdasarkan temuan tersebut, diusulkan program SEHATI LANSIA (Sharing Hati Lansia) sebagai bentuk pendampingan psikospiritual yang membantu lansia mengelola emosi negatif, memperkuat koping religius positif, meningkatkan penerimaan diri, serta mencegah munculnya kembali koping religius negatif.