Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Transnational Islamic Movement: The Da’wah Movement of Salafism in Southeast Sulawesi Muhammad Alifuddin; Iye, Risman; Rusnam; Fithriyah Inda Nur Abida
Jurnal Komunikasi Islam Vol. 14 No. 2 (2024): December
Publisher : Departement of Islami Comuunication and Broadcasting, Faculty of Da'wah and Communication, State Islamic University of Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jki.2024.14.2.225-250

Abstract

This article reports on research conducted through observations, document studies, and in-depth interviews, with several Salafi activists in Southest Sulawesi regarding the strategy of da’wah movement. Using a phenomenological hermeneutic approach, this study has revealed that the traces of salafism in Southeast Sulawesi began in 1998 when a number of Middle Eastern alumni from this area returned and became agents of spreading the idea of salafism in Southeast Sulawesi. Furthermore, the growth of Salafi communities is attributed to effective institutional management, particularly their ability to mobilize  da’wah resources and establish communication with external parties. However, other Salafi communities tend to remain rigid, prioritizing stability and consistency in adhering to the manhaj sunnah.
Analisis Sikap Lingkungan Komunitas Matotonan dalam Praktik Pertanian Bat Gette Menggunakan Metode New Environmental Paradigm Christovorus Sintong Situmorang; Afrizal; Rusnam
Sinergi : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 2 (2025): Sinergi: Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Publisher : PT. AHLAL PUBLISHER NUSANTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Environmental wisdom is a form of intelligence, creativity, innovation, and traditional knowledge possessed by local communities in managing and conserving ecosystems and natural resources. The people of Matotonan, located in the South Siberut District of the Mentawai Islands Regency, practice the bat gette farming system to cultivate taro (Colocasia esculenta) as a way to secure food resources while maintaining environmental sustainability. As a community living within the conservation area of Siberut National Park, it is important to study and understand their environmental awareness level to ensure the long-term protection of the conservation area. This study aims to assess the environmental awareness of the Matotonan community, who cultivate taro (Colocasia esculenta) using the bat gette farming system. Environmental awareness was measured using the New Environmental Paradigm (NEP) method. The research findings indicate that the Matotonan community practicing bat gette farming is categorized as an environmentally aware or pro-NEP community, with an ecological worldview that emphasizes the limits of growth. Abstrak Kearifan lingkungan merupakan wujud kecerdasan, kreativitas, inovasi, dan pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat lokal dalam mengelola dan melestarikan ekosistem serta sumber daya alam. Masyarakat Matotonan, yang terletak di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, mempraktikkan sistem pertanian bat gette untuk menghasilkan talas (Colocasia esculenta) sebagai cara untuk mengamankan sumber daya pangan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan. Sebagai masyarakat yang tinggal di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Siberut, penting untuk mempelajari dan memahami tingkat kesadaran lingkungan mereka guna memastikan perlindungan jangka panjang kawasan konservasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesadaran lingkungan masyarakat Matotonan yang membudidayakan talas (Colocasia esculenta) melalui sistem pertanian bat gette. Pengukuran kesadaran lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode New Environmental Paradigm (NEP). Temuan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Matotonan yang mempraktikkan pertanian bat gette dikategorikan sebagai masyarakat yang sadar lingkungan atau pro-NEP, dengan pandangan dunia ekologis yang menekankan batasan pertumbuhan. Kata Kunci: Kearifan lingkungan, New Environmental Paradigm, Pertanian Bat Gette, Kawasan Konservasi, Batasan Pertumbuhan