Penelitian ini mengkaji bentuk komunikasi budaya nonverbal dalam tata ruang masyarakat Baduy Dalam sebagai wujud simbolisme, identitas, dan adaptasi budaya. Sebagai komunitas adat yang menolak modernisasi, masyarakat Baduy Dalam mengekspresikan nilai-nilai, norma, dan sistem kepercayaannya melalui penataan ruang yang khas, baik dalam skala rumah tangga maupun struktur pemukiman secara kolektif. Pendekatan kualitatif dengan metode observasi partisipatif dan studi pustaka digunakan untuk memahami makna simbolik di balik struktur ruang seperti leuit (lumbung padi), rumah adat, jalur jalan, serta posisi geografis antar kampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata ruang tidak sekadar bersifat fungsional, melainkan merepresentasikan struktur sosial, relasi kekuasaan, dan ketaatan terhadap nilai kosmologis masyarakat Baduy Dalam. Selain itu, tata ruang juga menjadi strategi adaptif terhadap tekanan eksternal, seperti pariwisata dan kebijakan pembangunan, tanpa mengorbankan prinsip adat. Temuan ini menegaskan bahwa ruang fisik dalam budaya tradisional merupakan medium komunikasi budaya yang sarat makna dan berperan dalam mempertahankan identitas komunal. Penelitian ini berkontribusi pada kajian komunikasi budaya, khususnya dalam memahami peran ruang sebagai wacana nonverbal dalam masyarakat adat. This study explores the forms of nonverbal cultural communication embedded in the spatial organization of the Baduy Dalam community, highlighting its symbolic, identity-forming, and adaptive dimensions. As an indigenous society that resists modernization, the Baduy Dalam express their values, norms, and belief systems through a distinctive arrangement of space—both in domestic settings and communal village structures. A qualitative approach was employed, utilizing participant observation and literature review to uncover the symbolic meanings behind spatial elements such as the leuit (rice barn), traditional houses, pathways, and the geographical positioning of villages. The findings reveal that spatial arrangements serve not only functional purposes but also represent social hierarchies, power relations, and adherence to cosmological beliefs. Furthermore, spatial organization emerges as a cultural strategy for adapting to external pressures such as tourism and government development policies, without compromising traditional values. This research affirms that physical space in traditional culture functions as a medium of rich cultural communication and plays a key role in sustaining communal identity. The study contributes to the field of cultural communication by emphasizing space as a meaningful nonverbal discourse within indigenous communities.