Indreswari, Anna Galuh
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Corak : Jurnal Seni Kriya

TEPAS KEPRAJURITAN SEBAGAI SUATU WADAH ORGANISASI BAGI PRAJURIT KERATON YOGYAKARTA Anna Galuh Indreswari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 5, No 2 (2016): NOVEMBER 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1063.03 KB) | DOI: 10.24821/corak.v5i2.2381

Abstract

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mencari tahu mengenai hal-hal penting yangberkaitan dengan Tepas Keprajuritan di Keraton Yogyakarta. Hal-hal penting mengenai TepasKeprajuritan sebagai suatu organisasi yang didirikan untuk kemajuan prajurit KeratonYogyakarta khususnya secara manajemennya. Hal-hal penting tersebut, di antaranya yaitu: (1)struktur organisasinya; (2) manajemennya; (3) sistem perekrutan pegawai; (4) penempatan danrotasi; dan (5) budaya kekuasaan di dalam organisasi tepas.Penelitian yang mengambil Tepas Keprajuritan sebagai obyeknya ini sudah barang tentumembutuhkan metode penelitian. Metode penelitian berguna untuk menemukan jawaban atassegala pertanyaan atau permasalahan. Penggunaan metode penelitian dalam memecahkanpermasalahan atau mencari jawab atas pertanyaan penelitian menggunakan beberapa metodedari disiplin ilmu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode multidisiplin. Beberapametode dari disiplin ilmu yang berbeda di antaranya, yaitu: ekonomi; estetika; sejarah; danantropologi. Sedangkan metode pencarian data dilakukan dengan cara, yaitu: observasi;wawancara; dokumentasi; dan pustaka.Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Tepas Keprajuritan adalah suatuorganisasi yang strukturnya dibagi dua, yaitu: secara admininstratif dan seremonial. Tepasadalah suatu organisasi yang mengutamakan pendekatan secara kekeluargaan. TepasKeprajuritan didirikan dengan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan paraanggota prajurit Keraton Yogyakarta. Selain itu, adanya Tepas Keprajuritan, dapat menjaga rasakebersamaan dan kerukunan di antara anggota prajurit Keraton Yogyakarta serta para pengurustepas dalam suatu wadah organisasi. Keywords: Tepas Keprajuritan, Keraton Yogyakarta, organisasi, manajemen.
BATIK TOPO BANTUL: KONSISTEN DALAM PEMBUATAN KAIN BATIK TULIS DAN CAP Anna Galuh Indreswari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 5, No 1 (2016): MEI 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1227.277 KB) | DOI: 10.24821/corak.v5i1.2372

Abstract

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mencari tahu mengenai usaha Batik Topo,terutama produk kain batik yang dihasilkannya. Produk kain batik yang dihasilkan meliputi motifdan proses pembuatannya. Bagaimana motif-motif batik yang dibuat oleh Batik Topo. Apa danbagaimana proses pembuatan kain-kain batiknya selama ini. Tujuan penelitian ini sangatlah jelasuntuk mengetahui lebih mendalam dan terperinci mengenai segala hal yang diproduksi olehBatik Topo, dalam hal ini kaitannya dengan produk kain batiknya.Penelitian mengenai usaha Batik Topo ini tentunya membutuhkan metode penelitian.Metode penelitian untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian menggunakan beberapametode dari disiplin ilmu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode multidisiplin.Beberapa metode dari disiplin ilmu yang berbeda di antaranya, yaitu: estetika; sejarah; danantropologi. Sedangkan metode pencarian data dilakukan dengan cara, yaitu: observasi;wawancara; dokumentasi; dan pustaka.Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa usaha Batik Topo membuat kain batikdengan cara cap dan tulis, sehingga produknya disebut batik cap dan tulis. Pembuatan kain batikdengan cara demikian ikut mendukung pelestarian batik tradisional. Kain batik tradisionaldengan pembuatan secara cap maupun ditulis menggunakan canting telah diakui sebagai worldheritage. Keywords: batik topo, batik, batik cap, batik tulis, world heritage.
BATIK LARANGAN DI KERATON YOGYAKARTA PADA MASA PEMERINTAHAN SRI SULTAN HB VII Anna Galuh Indreswari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 3, No 2 (2014): NOVEMBER 2014
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.09 KB) | DOI: 10.24821/corak.v3i2.2354

Abstract

Batik cloth which usually contain spiritual values are generally made in the palace orVorstenlanden, including batik in Yogyakarta Palace(Keraton).The batik of Keraton Yogyakartaaremade with special treatment preferentially both in terms of color application and the use ofmotifs. Both aspects believed to have spiritual values and a certain symbolic meaning. Batikactivity believed to be a ritual of worship and the batik cloth has a religious magical glow whenit worn by a person . It becomes important to be studied further, especially associated with theadvent of prohibition(Larangan) in the community batik of Yogyakarta Palace in the reign ofSultan HB VII.Research on this batik is qualitative researchand using a multidisciplinary approach.At least two approaches were used namely historical and archaeological approach . Key words: batik ban (Larangan), motifs, Keraton Yogyakarta, Sultan HB VIII.  Kain batik yang biasanya mengandung nilai spiritual umumnya terdapat dan dibuat dilingkungan Keratonatau vorstenlanden, termasuk batik yang berada di Keraton Yogyakarta.Kain batik di Keraton Yogyakarta dibuat secara istimewa baik dalam hal pemberian warnamaupun penggunaan motif-motifnya. Kedua aspek tersebut diyakini mempunyai nilai spiritualdan bermakna simbolik tertentu. Kegiatan membatik dipercayai sebagai suatu ritual ibadahdan memiliki pancaran religius magis pada kain batik yang dipakai oleh seseorang. Hal inimenjadi penting untuk dikaji lebih lanjut, apalagi dikaitkan dengan munculnya batik larangandalam masyarakat Keraton Yogyakarta pada pemerintahan Sultan HB VII.Penelitian tentang batik ini temasuk jenis penelitian kualitatif yang dalam prosespelaksanaannya akan menggunakan pendekatan multidisiplin. Paling sedikit ada duapendekatan yang akan digunakan yakni menggunakan pendekatan sejarah dan arkeologi. Kata kunci: batik Larangan, motif, Keraton Yogyakarta, Sultan HB VIII.