Pendahuluan: Sjögren's syndrome merupakan penyakit autoimun sistemik kronis yang menyerang kelenjar eksokrin, terutama kelenjar air mata dan saliva, sehingga menyebabkan dry eye (keratoconjunctivitis sicca) dan mulut kering (xerostomia). Gejala mata kering dialami oleh sebagian besar penderita Sjögren dan dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup. Salah satu tantangan utama dalam penanganannya adalah memilih terapi topikal antiinflamasi yang efektif dan aman. Dua terapi yang umum digunakan adalah kortikosteroid topikal dan siklosporin A topikal, namun efektivitas dan tolerabilitas keduanya masih menjadi perdebatan. Oleh karena itu, tinjauan ini bertujuan untuk membahas efektivitas, keamanan, dan tolerabilitas kedua agen tersebut dalam mengatasi dry eye pada pasien Sjögren’s syndrome. Metode: Tinjauan literatur ini menggunakan pendekatan naratif yang diperoleh dari database PubMed, Scopus, dan Google Scholar untuk publikasi tahun 2015–2025. Kriteria inklusi mencakup artikel berbahasa Inggris atau Indonesia yang meneliti penggunaan salah satu atau kedua terapi tersebut pada DE akibat Sjögren. Artikel mengenai DE non-autoimun atau terapi sistemik tanpa fokus topikal dikecualikan. Literatur yang relevan dianalisis secara kualitatif untuk menilai efektivitas dan keterbatasan masing-masing terapi. Pembahasan: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kortikosteroid topikal dan siklosporin A topikal memiliki efektivitas berbeda dalam penanganan dry eye pada pasien dengan sindrom Sjögren. Kortikosteroid seperti fluorometholone dan loteprednol terbukti memberikan perbaikan gejala yang lebih cepat terutama pada fase akut peradangan, namun penggunaannya dibatasi oleh risiko efek samping jangka panjang seperti peningkatan tekanan intraokular dan risiko katarak. Di sisi lain, siklosporin A menunjukkan keunggulan dalam menurunkan aktivitas inflamasi secara bertahap, aman untuk terapi jangka panjang, dan efektif dalam mengurangi infiltrasi sel imun seperti sel dendritik di permukaan kornea. Beberapa studi juga mendukung bahwa kombinasi kortikosteroid dan siklosporin A dapat memberikan efek sinergis, mempercepat perbaikan gejala tanpa mengorbankan keamanan jangka panjang. Dengan demikian, pemilihan terapi perlu disesuaikan dengan fase penyakit, tingkat keparahan gejala, serta pertimbangan risiko dan manfaat dari masing-masing agen. Simpulan: Kortikosteroid topikal efektif meredakan gejala cepat pada fase inflamasi akut dry eye sindrom Sjögren, namun hanya dianjurkan untuk penggunaan jangka pendek. Siklosporin A lebih aman untuk terapi jangka panjang karena efek imunomodulasinya. Kombinasi keduanya memberikan hasil sinergis. Pemilihan terapi sebaiknya disesuaikan dengan fase penyakit dan profil risiko pasien.